Martin Luther pernah mengatakan bahwa rasa sepi adalah racun bagi orang yang mengalami depresi, karena dengan kesepian, Setan berusaha membuat orang yang depresi berada di bawah kuasanya. "Bercakap- cakaplah kalian satu sama lain agar saya tahu bahwa saya dikelilingi oleh orang-orang" pinta Martin Luther melalui sebuah "papan bicaranya". Mungkin pada saat Martin menuliskan pikirannya tersebut, ia sedang dalam keadaan tertekan.
2. Cari orang atau situasi yang dapat menularkan kebahagiaan.
Kebahagiaan selalu membuat Tuhan senang meskipun bersenang-senang tidak menunjukkan suatu sikap religius. Menikmati film di bioskop atau permainan yang menyenangkan sama halnya dengan melakukan perjalanan di hutan.
3. Bernyanyi dan bermain musik.
Di sini Martin menekankan pentingnya keterlibatan aktif seseorang dalam bermain musik dari pada sekedar mendengarkan saja. Ketika Martin menasihati seorang aristokrat yang sedang bersedih, ia mengatakan, "Saat kau merasa sedih dan takut, katakan pada dirimu sendiri, 'Ayo bangkit, aku harus menyanyikan sebuah lagu dengan organ untuk memuliakan Allah Tuhanku'". Karena dalam Alkitab dikatakan bahwa Tuhan menyukai musik, Ia pun memainkan alat musik dengan merdu. Mainkanlah organ dan biarkan diri Anda ikut terhanyut dalam musik sampai pikiran-pikiran yang membuat anda sedih berlalu seperti yang pernah dilakukan oleh Daud. Jika setan terus saja mengganggu anda, katakan saja padanya, "Pergilah engkau Setan, aku harus bernyanyi dan memainkan musik untuk Yesus Tuhanku." Sekali lagi, Martin Luther mengungkapkan bahwa musik yang dimaksudkan di sini bukan hanya musik religius saja, tetapi musik pada umumnya. Tuhan adalah Maha Mendengar dan kita dapat membuat-Nya suka cita dengan permainan musik kita yang dapat meringankan rasa sedih yang kita alami.
4. Hilangkan pikiran-pikiran yang membebani kita.
Martin mengingatkan kita bahaya dari terlalu hanyut dalam kemurungan atau kesedihan karena hal ini akan membuat kita tidak dapat tidur semalaman atau menyerang diri kita saat kita akan mengawali hari kita di pagi hari. Ia menasihati kita untuk menertawakan atau bahkan mengejek Setan dan tidak memberi kesempatan Setan untuk menang. "Tetapi yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah menolak berperang dengan Setan. Acuhkan saja pikiran-pikiran yang membuat kita depresi! Bersikaplah seolah-olah kita tidak merasakannya! Pikirkan hal lain dan katakan: 'Baiklah Setan, jangan ganggu aku lagi. Aku tidak punya waktu melayani pikiran-pikiranmu. Aku harus pergi, makan, minum, melakukan ini atau melakukan itu. Sekarang aku harus bersuka cita. Datang saja lain waktu.'"
5. Percayalah pada janji-janji Alkitab.
Janji-janji Alkitab mendorong kita untuk berpikir positif seperti halnya seorang perempuan yang menyadari bahwa ia membawa kotak pertolongan pertama depresi. Akan sangat menolong adalah ayat-ayat yang kita hapal karena ayat-ayat tersebut akan menolong kita pada situasi-situasi tertentu. Ayat-ayat itu seperti gada dan tongkat Tuhan yang membuat perjalanan kita di lembah kekelaman lebih nyaman seperti yang diungkapkan dalam Mazmur 23.
6. Carilah penghiburan dari orang lain.
Dalam keadaan depresi kita seringkali membuat bukit di atas rumah tikus tanah. Seorang teman, bagaimanapun juga, dapat melihat permasalahan dengan perspektif yang benar dan mengetahui sisi positif yang tidak kita lihat saat itu. Seperti mencoba bangkit dari lumpur dengan menarik rambut kita sendiri, adalah hal yang tidak mungkin mencoba bangkit dari kesedihan yang mendalam tanpa bantuan orang lain. Sebaliknya, kita juga dapat bertanya pada diri sendiri apakah kita merupakan orang yang dapat membantu orang lain sama seperti Tuhan mengirimkan bantuan kepada Elisa -- dengan sentuhan- sentuhan seperti pelukan hangat, makanan yang cukup, istirahat dalam ruang yang tenang dan nyaman. Ya, bahkan buket bunga pun dapat mengusir depresi kita.
7. Bedoa dan mengucapkan syukur.
Ini adalah senjata yang ampuh untuk mengusir depresi. Kita diingatkan kembali akan Nebukadnezar yang, ketika matanya menatap kesurga dan berdoa kepada Tuhan, dapat mengatasi rasa depresi yang sedang dialaminya. Dengan bersyukur, orang dapat membuat daftar hal- hal yang perlu ia syukuri sehingga ia dapat berdoa kepada Tuhan dengan suara keras.
8. Pikirkan orang-orang lain yang juga mengalami depresi.
Nasihat Martin ini tampak sangat mengejutkan tetapi sebenarnya masuk akal juga. Dengan memikirkan orang lain yang sedang mengalami depresi juga akan membantu orang tersebut untuk tidak egois dalam kesedihannya, dimana ia merasa tidak ada seorangpun di dunia ini yang lebih menderita daripada dia.
9. Ujilah kesabaran diri sendiri.
Kata menguji disini sangatlah penting dan dapat diartikan sebagai suatu latihan. Kadang-kadang kita memang harus dapat menerima kenyataan bahwa hidup penuh dengan lembah dan gurun yang harus kita lalui. Seperti juga ketrampilan-ketrampilan lain yang harus kita pelajari dalam hidup, kita juga harus belajar bagaimana bertahan dalam menghadapi masa-masa yang berat. Disini saya juga ingin menambahkan suatu nasihat berdasarkan pengalaman saya sendiri. Olah raga atau latihan fisik -- baik itu joging, renang, menari atau berkebun -- adalah cara-cara yang baik untuk melatih kesabaran kita. Setiap keringat (termasuk juga keringat yang dihasilkan saat mandi sauna) hasil dari aktivitas yang membuat seluruh permukaan kulit basah kuyup akan membuahkan hasil yang menakjubkan dalam usaha pemulihan diri dari depresi.
10. Percaya pada berkat dari depresi.
Kita dapat menemukan sisi positif dari depresi yang kita alami. Nasihat Luther yang terakhir ini sarat dengan pokok pikiran yang penting yang akan saya jabarkan dalam kesimpulan.
Ada lima tahap penting dalam proses kita mengampuni orang lain.
Menyadari dan menerima rasa sakit hati.
Pahami alasannya.
Sadarilah.
Jangan mau jadi korban.
Menerima kenyataan.
Adanya kemampuan menyadari dan menerima rasa sakit hati kita akibat perbuatan orang lain. Jangan menolak, menyangkal atau menganggap remeh sakit hati Anda. Sadari juga akibat-akibat yang sudah ditimbulkan rasa sakit itu.
Cobalah memahami alasan orang itu menyakiti hati Anda. Mengampuni hanya akan terjadi bila kita mengulurkan tangan kita kembali kepada pihak yang bersalah, berusaha melihat nilai-nilai baik yang ada pada orang yang melukai kita, dan belajar memahami dari perspektif orang tersebut, meski ini tidaklah mudah.
Sadarilah bahwa ada kalanya Anda tidak sanggup memikul akibat itu sendirian. Anda perlu membagikan kesusahan dan penderitaan Anda pada seseorang yang Anda percayai. Ada kalanya Anda frustasi menghadapi kenyataan itu dan kadang menjadi begitu sayang diri. Misal, muncullah pertanyaan: "mengapa saya harus mengalami hal ini?" Kita juga perlu ingat bahwa masa lalu adalah kenyataan yang tidak dapat diubah, kita harus belajar menerimanya dan bahkan menjadikannya bagian penting dari pembentukan diri kita seutuhnya. Dengan kesadaran ini akan muncul kekuatan dan kemauan untuk membangun kembali hubungan dengan orang yang sudah melukai kita. Pengampunan berarti kita membuka dan membangun kembali hubungan yang sudah rusak dan retak tadi.
Kadang juga timbul kemarahan. Kita tidak mau menjadi korban dari kesalahan orang lain.
Anda mulai menerima kenyataan Anda terluka dan harus menghadapi secara riil. Pada tahap ini Anda berusaha menjadi pribadi yang tetap bahagia meski mengalami kesusahan akibat ulah orang lain. Satu hal yang kita syukuri adalah bahwa pengalaman terluka ini akan membuat kita punya kekuatan untuk menghadapi luka yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam sebuah relasi yang dekat dan kuat akan selalu ada kemungkinan untuk kita saling mengecewakan.
BEBERAPA LANGKAH PRAKTIS UNTUK MEMAAFKAN
Mengakui kebutuhan Anda untuk disembuhkan.
Mengakui emosi yang negatif.
Belajar mengampuni.
Bagi banyak orang hal ini bukan masalah, tetapi jika kita terluka dan tidak mengakui, maka jelas tidak ada tempat untuk pertolongan. Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tanda kesehatan mental yang baik dan bukti sikap yang jujur. Seringkali kita ingin mengakui tapi kita takut untuk ditolak. Kerelaan untuk belajar dan kerendahan hatilah yang akan mengizinkan kesembuhan dimulai. Mulailah bersikap jujur dengan Allah, kemudian cari teman yang bisa mengerti keadaan Anda. Kejujuran akan mendatangkan kasih karunia Allah dalam hidup kita.
Beberapa di antara kita mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Kita tidak diajarkan bagaimana mengenali atau mengkomunikasikan perasaan kita sehingga kita menimbun kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kepahitan, dan emosi negatif lain sejak anak-anak. Kita menindih emosi negatif yang satu di atas yang lain, sama seperti menumpuk sampah. Proses penimbunan emosi ini menimbulkan akibat yang tragis.
Emosi itu sendiri bukanlah dosa. Emosi dapat menghasilkan sikap berdosa jika diarahkan dengan cara yang negatif kepada Allah, diri sendiri, dan orang lain. Untuk memutuskan lingkaran penindasan emosi mintalah Allah untuk memberi Anda kesempatan untuk mengungkapkannya kepada orang yang mengerti Anda dan memberikan dorongan untuk jujur dengan perasaan Anda.
Mengampuni bukan sekadar melupakan kesalahan yang dilakukan seseorang terhadap kita. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengampuni berarti menunjukkan kasih dan penerimaan, meskipun disakiti. Mengampuni seringkali merupakan suatu proses dan bukan suatu tindakan 'sekali jadi'.
Pengampunan adalah membuat keputusan secara sadar untuk berhenti membenci karena kebencian itu sama sekali tidak ada gunanya. Kita terus mengampuni sampai rasa sakit itu hilang. Semakin dalam lukanya, semakin besar energi atau daya pengampunan itu diperlukan. Memaafkan bukanlah tindakan yang dilakukan kadang-kadang saja, melainkan merupakan sikap yang permanen. Sama seperti seorang dokter harus membersihkan luka di tubuh kita dan menjaga agar jangan terkena infeksi supaya dapat sembuh dengan baik. Begitu pula kita harus menjaga kebersihan luka-luka batin kita dari kepahitan supaya luka itu cepat sembuh.
Mengampuni adalah antiseptik bagi luka batin kita. Jika kita sudah menerima pengampunan secara cuma-cuma oleh kurban Kristus, Tuhan meminta kita memaafkan sesama kita yang bersalah kepada kita. Tetapi itu tidak cukup. Sang Penebus, meminta kita menjadi "agen" penebus yang mendistribusikan kasih dan pengampunan-Nya itu kepada sebanyak mungkin orang. Inilah tugas konseling. Anda dipanggil untuk melatih sesama mengampuni sesamanya.
Akhirnya, menerima maaf melegakan hati. Memaafkan diri sendiri itu sehat. Memaafkan sesama, itu ilahi. Melatih orang memaafkan itu mulia. Membantu orang menerima pengampunan Tuhan, itu memberinya hidup kekal.
Pada suatu hari, seorang paranormal, datang berkunjung ke rumah Pak Bambang Prasetyo, ayah Lala. Paranormal yang adalah tetangga Lala itu mengatakan bahwa ada sesuatu yang khusus pada Lala, kesaktian supranatural dari Kakek Lala akan turun kepada Lala, anak ke-2 dari 2 bersaudara itu. “Ketika Paranormal itu meminta Lala untuk berpuasa, saya pikir itu bukanlah sesuatu yang berbahaya buat anak saya,” ujar Pak Bambang, yang sebelum menikah dengan Ibu Annie memeluk agama Islam. Lala pun mulai berpuasa. Ia menerima anjuran itu. Sang paranormal berkata bahwa ilmu yang Lala miliki bisa digunakan untuk kebaikan dan menolong banyak orang. Salah satunya menyembuhkan orang sakit. Meskipun masih ragu, namun Lala menurutinya. Paranormal itu menasihatkan Lala untuk hidup jujur, jangan curang dan berbuat tidak benar, sehingga Lala semakin tertarik. Bahkan ia menyampaikan pesan Kakek Lala supaya Lala rajin belajar. Lala juga percaya bahwa itu benar.
Kejadian Supranatural
Satu hari setelah berpuasa dan mengikuti ritual yang disarankan, Lala bisa melihat dan berbicara dengan arwah yang sudah mati. Arwah-arwah itu berwujud manusia dan sering mendatangi Lala sambil menitipkan pesan untuk keluarga yang mereka tinggalkan. Salah satu arwah berpesan kepada anak-anaknya supaya mereka segera berkunjung ke kuburannya. Kemudian Lala menyampaikannya.
Suatu ketika, Lala menyadari bahwa ia memiliki kemampuan untuk memindahkan barang apa pun tanpa menyentuhnya. Cukup dengan berkonsentrasi maka barang tersebut akan bergerak ke mana pun Lala kehendaki. Bahkan orang sakit dapat Lala sembuhkan.
Memasuki tahun 2001, Lala bertemu dengan Sunan Gunung Jati dan Sunan Kali Jaga. Ia bisa pindah ke satu tempat ke tempat lain, muncul pada saat orang lain tidak melihatnya. Setiap kali mengisi bensin di sebuah pom bensin, kasirnya selalu berkata bahwa Lala sudah membayarnya. Padahal Lala tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Kejadian-kejadian itu membuat Lala semakin disanjung oleh teman-temannya. Namun teman-teman Lala yang beragama Kristen tidak menunjukkan kekaguman kepada Lala, sehingga Lala merasakan suatu kejanggalan.
Tamu Misterius Datang Ke Dalam Kamar
Suatu hari, sepulangnya Lala dari kampus, ia melihat seorang laki-laki berwajah tampan sedang duduk di atas tempat tidurnya. Mukanya telihat halus dan licin. Lala hendak memarahinya karena ia lancang masuk ke dalam kamar, namun mulut Lala tidak dapat mengeluarkan suara. Laki-laki itu menatap Lala dengan tatapan tajam lalu berkata, “Kamu adalah pilihanku, dan kamu akan kujadikan permaisuri. Akan kuberikan semua fasilitas yang kamu butuhkan, rumah, uang, mobil dan harta yang melimpah, sehingga kamu tidak merepotkan orang tuamu lagi.” Lala sempat terbuai dengan tawaran itu. “Jika kamu menjadi permaisuriku maka kita berdua akan membuat Bandung berdarah,” ucap laki-laki itu lagi. Lala mulai ketakutan dan sadar bahwa laki-laki ini bukan manusia. Mulutnya yang sempat terkunci tiba-tiba bisa berbicara kembali. “Saya tidak mau,” jawab Lala. Wajah laki-laki misterius itu berubah menjadi tidak bersahabat, seperti penuh dengan amarah. Dalam sekejap mata tiba-tiba ia menghilang dari kamar Lala. Dan seiring kepergiannya, terasa guncangan hebat dalam kamar Lala sehingga membuat seisi kamarnya berantakan. Bahkan orang tua Lala yang sedang berada di lantai atas ikut merasakan guncangan tersebut. Perasaan Lala mulai tidak karuan. Ia mulai merasa khawatir dan bertanya dalam hati, apa yang sekiranya akan terjadi dalam hidupnya setelah kejadian ini.
Teror Akibat Dendam Amarah Lucifer
Lima hari berlalu dari kejadian itu, ternyata belum terjadi apa-apa dalam kehidupan Lala. Ia pergi ke kampus seperti biasanya. Ketika pulang kuliah, ia melihat keadaan di dalam mobilnya berantakan. Tiba-tiba saat ia hendak masuk ke dalam mobil, pintu mobil Lala tertutup sendiri dan terbanting keras sehingga menjepit tangan Lala. Lala menjerit kesakitan namun tidak ada satu orang pun yang mendengarnya. Setelah cukup lama menahan sakit, barulah pintu itu terbuka kembali dan Lala dilarikan oleh satpam kampusnya ke rumah sakit Bandung.
Keesokan harinya, di saat Lala sedang jalan-jalan dengan teman-temannya, sesuatu yang keras seperti memukul kepalanya. Teman-teman Lala tidak melihat apa-apa, bahkan menganggap Lala hanya bergurau. Sampai tiba-tiba wajah Lala lebam dan terluka dengan sendirinya. Hanya Lala sendiri yang merasakan pukulan-pukulan itu. Seperti ada roh halus yang sedang menghajarnya.
Di dalam kelas, ketika Lala sedang mengikuti pelajaran salah satu mata kuliahnya, tiba-tiba tubuh Lala terlihat seperti ada yang menarik, dan kursi yang Lala duduki melayang ke atas udara. Seisi kelas merinding ketakutan dan bingung dibuatnya. Teman-teman Lala mulai panik melihat kejadian itu. Dan untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang kembali, mulai di hari selanjutnya mereka mengadakan doa bersama sebelum kuliah dimulai. “Kehidupan saya tidak tenang karena ‘mereka’ selalu mengganggu saya,” ujar Lala.
Gangguan belum berakhir. Sewaktu makan, Lala tidak bisa memasukkan makanan yang ada di sendok ke dalam mulutnya. Ketika ia mencoba dengan garpu, garpu itu melesak ke dalam mulutnya dan menusuk ke lidah. Teman-temannya berusaha membantu Lala menarik garpu itu, namun tidak berhasil. Darah mulai mengalir dari dalam mulut Lala. Akibat dari kejadian itu Lala tidak bisa makan selama satu minggu, badannya mulai terlihat kurus sehingga ia harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan khusus.
Sesampainya di rumah sakit, jarum infus yang hendak dimasukkan ke pembuluh darah Lala sulit untuk dimasukkan. Dokter yang bertugas semakin dibuat heran ketika muncul tanda seperti simbol ‘X’ berwarna merah di dahi Lala. Simbol itu seperti luka yang kering. Bahkan beberapa waktu kemudian muncul tulisan ‘SATAN’ di tubuh Lala. “Saya dipermalukan sekali oleh Lucifer,” ujar Lala.
Teror demi teror terus berdatangan. Semakin hari semakin aneh dan mengerikan. Tiba pada puncaknya ketika Lala sedang masuk ke dalam kamar mandi, ia menghilang seketika. Teman-temannya sempat terbelalak ketika mereka melihat kamar mandi dalam keadaan kosong. Karena sebelumnya mereka sempat melihat dengan jelas Lala masuk ke dalam situ. Akhirnya disebarkan berita kalau Lala hilang. Seorang petugas polisi menemukan Lala sedang berdiri di pinggir jalan. Kejadian itu terulang kembali pada hari berikutnya. Lala menghilang dan ia tiba-tiba sudah berada di pegunungan Ciwidey.
Suatu hari Lala melihat sosok iblis keluar masuk dalam tubuhnya. Perlahan penglihatannya mulai memudar dan semua yang dilihat Lala seperti buram. Pada akhirnya Lala tidak dapat melihat sama sekali. Semua serba gelap. Beberapa menit kemudian sebuah tangan yang besar terasa seperti mencekik leher Lala. Dan Lala menjadi bisu seketika itu juga. Di saat yang bersamaan, kaki Lala juga lumpuh. Kejadian itu terjadi pada bulan April 2002. Tidak sampai di situ saja. Iblis juga menyumbat pikiran Lala sehingga Lala menjadi amnesia dan tidak mengenali satu orang pun yang ada di dekatnya. Stres yang hebat mulai Lala alami. Ia merasa tidak memiliki pengharapan. Nilai-nilainya hancur dan teman-temannya satu per satu mulai pergi menjauhi dirinya.
Pencobaan Bunuh Diri
Lima hari sudah Lala lewati dalam keadaan buta, bisu, lumpuh dan tidak mengenali suara-suara yang ia dengar. Pilihan yang terlintas dalam pikiran Lala hanya ada 2; menyerahkan diri kepada iblis atau bunuh diri. Karena sudah tidak kuat menahan penderitaan tersebut, Lala memutuskan untuk bunuh diri. Ia mencoba meraba-raba seisi kamarnya untuk mencari barang yang tajam supaya dapat menikam lehernya sendiri dan menghabisi nyawanya. Tetapi niat itu batal ketika seseorang masuk ke dalam kamarnya dan menggenggam tangan Lala. Orang itu menuliskan sesuatu di atas tangan Lala, “Ini mama.” Dan lagi ia menuliskan sebuah kalimat, “Segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Yesus sayang sama Lala.” Hingga akhirnya Lala menemukan pilihan yang ke-3, yaitu menerima Yesus.
Mujizat Kesembuhan Terjadi Saat Pelepasan
Sementara itu, selain kedua orang tua Lala, ada banyak orang berdoa untuk Lala. Karyawan Maranatha di bagian pembukuan juga ikut berpuasa untuk Lala, bahkan mereka berdoa selama berjam-jam. Mereka berdoa agar Tuhan segera menolong dan mengasihani Lala. “Saya melihat suatu keindahan yang Tuhan perlihatkan. Rumah kami menjadi rumah doa,” ucap Pak Bambang dengan wajah berseri-seri ketika memberikan kesaksian. Kebahagiaan terpancar dari mimik wajahnya yang tenang ketika ia mengingat kembali kejadian itu. Akhirnya mujizat kesembuhan terjadi. Doa orang benar besar kuasanya. Lala bisa mendengar dan berbicara lagi, meskipun ia belum bisa melihat.
Lala mulai ikut bernyanyi memuji dan menyembah Tuhan bersama teman-temannya. Dan secara ajaib perlahan-lahan warna hitam yang menutupi penglihatannya mulai berubah menjadi warna-warni. Lala bisa melihat kembali. “Saya mulai mengamati bahwa pujian dan penyembahan ada kuasa. Tuhan bertahta di atas puji-pujian,” ujar Lala.
Kejadian Aneh Muncul Kembali
Beberapa hari kemudian, ketika sedang berada di dalam mobil bersama kedua orang tua dan pamannya, Lala tiba-tiba menghilang. Kejadian itu membuat mereka menjadi ngeri dan panik, karena Lala tidak lagi berada bersama mereka. Sedangkan Lala sendiri tiba-tiba sudah berada di dalam sebuah rumah besar yang aneh. Beberapa anak muda menyapa kehadiran Lala. Lala tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Kuasa iblis seperti sedang menguasainya. Lalu datang seseorang memasuki ruangan, seorang laki-laki yang dahulu pernah berada di dalam kamar Lala. “Mungkin kamu lupa sama saya, tapi hari ini kamu akan saya jadikan permaisuriku,” ucap laki-laki itu. Dalam keadaan tidak berdaya, iblis membawa Lala ke pelaminannya. Anak-anak muda yang berada di dalam ruangan tersebut membaca sebuah mantera sambil mengiringi perjalanan Lala.
Lala dibawa oleh laki-laki itu dan diposisikan di sebelah dia sambil dirangkulnya. Semua orang yang ada di depan Lala memakai baju hitam, dan mereka terlihat sedang memakan daging mentah. Darah segar muncrat dari mulut mereka – mengotori lantai ruangan. Mulut mereka berlumuran darah. Lalu setelah itu anak-anak muda yang berada di dalam ruangan saling berhubungan seks.
Laki-laki misterius yang membawa Lala mulai berusaha menjamah tubuh Lala. Kemudian Lala melihat wajahnya berubah menjadi panjang. Tiba-tiba terbesit dalam pikiran Lala sebuah ajakan untuk menyebut nama Yesus. Lala pun berusaha berkata dalam hati, “Yesus tolong saya, walau saya lupa tentang Kau tapi saya tahu Kau mau menolong saya, Yesus tolong saya.”
Akhirnya ketika mata Lala berkedip, ia sudah berada di tempat lain lagi. Terlihat banyak angkot-angkot lewat. Lala sedang berada di pinggir jalan. Ia tidak tahu mau pulang ke mana. Walaupun dalam keadaan bingung, namun Lala bersukacita. Ia meneriakkan nama Yesus sehingga orang-orang memperhatikannya.
Lala masih tidak tahu harus pulang ke mana. Ia kembali berseru kepada Yesus. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Lala mendengar suara Tuhan yang lembut, “Anak-Ku, orang tuamu sekarang ada di Gereja Sidang Jemaat Allah, di Jalan Sudirman. Ketahuilah Aku senantiasa menyertai kamu.”
Tuhan Yesus Mendatangi Lala
Setibanya di gereja itu, Lala bertemu kembali dengan pamannya. Mereka naik ke atas gedung gereja dan melihat kedua orang tua Lala sedang berdoa. Ibu Annie Prasetyo, ibu Lala, segera memeluk Lala sambil mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Yesus.
Lalu mereka semua turun ke bawah. Saat itu Lala merasa sudah sangat putus asa, dan berkata kepada ibunya bahwa ia mau mati saja. Ibu Annie mencoba menenangkan Lala. Dalam keadaan letih yang luar biasa tiba-tiba Lala melihat Yesus hadir di hadapannya. Mata Lala menatap lurus ke suatu titik. Orang-orang di sekeliling Lala mulai menengking-nengking, karena mereka berpikir Lala kembali didatangi oleh roh jahat. Namun Lala tetap tenang. Yesus mendekati Lala dan berkata, “Anak-Ku, Aku mengasihi engkau.” Dia lalu membuka tangan-Nya dan mengajak Lala untuk berdoa, “Bapa Kami yang di sorga…” Lala mengikutinya dan semua orang menangis.
Tak lama kemudian perut Lala dipelintir oleh iblis dan dipukul. Lala menjerit kesakitan. Tangan kiri Lala tetap dipegang oleh Tuhan. Suasana menjadi gaduh, namun Lala sempat mendengar suara Yesus, “Percayakah Kau kepadaku?” Lala menjawab, “Saya mau percaya asalkan saya sembuh dulu!” Hingga akhirnya Lala tidak sadarkan diri. Lau ia dibawa ke ruang doa. Peristiwa yang menggemparkan terjadi. Dalam keadaan tidak sadarkan diri, keluar suara lemah dari mulut Lala, “Ya Yesus, Engkau Anak Allah Yang Maha Tinggi. Engkau adalah Mesias yang sudah mengalahkan saya 2000 tahun yang lalu. Ampuni kami Tuhan.” Setelah terbatuk keras, Lala mulai sadar. Tuhan Yesus kembali bertanya kepada Lala pertanyaan yang sama, dan Lala segera menjawabnya, “Saya percaya Tuhan!” Tangan Tuhan menjamah wajah Lala dan seketika itu ingatan Lala mulai pulih. Ia dapat mengenali semua orang yang ada di ruangan tersebut. “Maukah Engkau memikul salib bersama-Ku?” tanya Yesus lagi. “Ya, saya mau!” jawab Lala dengan tegas. “Sampai maranatha,” ucap Yesus sebelum Ia pergi berlalu.
Kehidupan Lala dipulihkan dan diubah menjadi baru. Pak Bambang dan Ibu Annie kini mulai terlibat aktif dalam pelayanan. Mereka percaya, bahwa segala sesuatu terjadi untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Tuhan. (Kisah ini telah ditayangkan 23 Juli 2007 dalam acara Solusi di SCTV).
Sumber Kesaksian :Melanie PrasetyoSumber Artikel :Jawaban.com
Kisah Nyata – Aku adalah wanita kelahiran Palu 1954. Ayahku seorang tentara yang dinasnya selalu berpindah-pindah tempat. Di usia aku yang ke-4, ayah dan ibuku bercerai karena tidak harmonisnya hubungan mereka. Karena kasih saying Oma terhadap cucu-cucunya, ia membawa dan mengasuhku beserta adik-adikku ke Sangir Talaud, Manado.
Pernikahan yang tidak bahagia
Ketika aku berumur 16 tahun, oma meninggal, sehinggga aku beserta adik-adik tinggal dengan saudara lainnya di kampung itu. Merasa beranjak dewasa, tahun 1979, aku mengambil keputusan untuk merantau ke Balikpapan seperti teman-teman sebayaku saat itu. Setelah beberapa waktu bekerja di sana aku pun mulai kenal dan dekat dengan seorang pria bernama Efendi. Walaupun kami berbeda keyakinan, namun hubungan kami semakin dekat sehingga kami berani mengambil keputusan untuk maju ke tahap yang lebih serius. Keputusan tersebut terlaksana dan aku pun mengikuti keyakinan suamiku. Tak pernah terbesit sedikitpun dibenakku bahwa rumah tangga ini harus berakhir. Hubunganku dengan suami tidak pernah harmonis seperti masa-masa pacaran. Tahun 1985, aku harus menghadapi kenyataan yang sangat pahit ketika suamiku menyatakan untuk bercerai, bahkan ia menikah dengan wanita lain.
Setahun kemudian, aku nekad pergi ke Jakarta dengan keinginan kuat untuk melupakan semua pengalaman pahit hidup ini dan memulai hidup yang baru.Namun apa yang terjadi tenyata jauh diluar dugaanku. Bukannya hidup yang lebih baik yang kudapatkan, sebaliknya, aku terpaksa mendekam dalam penjara wanita selama 7 bulan. Hukuman yang harus jalani setelah sebelumnya aku mabuk berat dan tanpa sadar telah membuat keributan di sebuah restoran. Sungguh, benar-benar jauh dari perkiraanku.
Mencintai sesama jenis
Dalam tahanan, ada seorang wanita yang memperhatikanku. Kedekatanku denganya membuatku merasa nyaman. Pelan tapi pasti, tanpa disadari ternyata kami mulai memiliki perasaan selayaknya rasa cinta terhadap lawan jenis. Hubungan ini terus berlanjut sampai masa tahananku selesai dan aku dibebaskan.
Bebas dari tahanan ternyata tidak juga menjadi kesempatan baik buatku untuk memulihkan hidupku dari jerat dosa. Saat itu aku tinggal dengan teman lamaku yang tergabung dalam sebuah tim band wanita. Di sinilah hidupku semakin tenggelam dalam kubangan lumpur dosa. Narkotika dan minuman keras selalu menjadi santapanku hampir setiap harinya, bahkan aku sering menyakiti diriku sendiri dengan mengiris-iris tangan dan perutku dengan pisau. Semakin dalam lukanya, aku sepertinya merasakan kenikmatan yang memuaskan hatiku. Tanpa disadari, pengalaman-pengalaman ini justru mendorongku untuk segera mengakhiri hidup.
Perasaan mencintai sesama jenis terus merasuki hidupku. Tahun 1993 aku berkenalan dengan Marsa dan kami menjalin hubungan layaknya pasangan suami istri. Lima tahun kemudian, aku meninggalkannya untuk merantau ke Batam. Akibat rantai dosa yang semakin kuat menjerat hidupku, aku pun mendapatkan pasangan baru, seorang wanita yang berusia 10 tahun lebih muda dariku.
Suatu hari aku dan beberapa teman pergi ke Pub “Nagoya”. Pengaruh minuman keras membuatku lupa diri. Ternyata teman-temanku telah meninggalkanku sendirian dengan tagihan yang besar yang tidak bisa kubayar. Malam itu 3 orang bodyguard yangberbadan besar dan kekar, menghajarku tanpa ampun sampai babak-belur dan tidak sadarkan diri lagi di luar area pub tadi. Keesokan harinya, sekitar pukul 5 pagi, aku terbangun dengan rasa sakit yang menjalar disekujur tubuh. Bagian kepalaku retak dan terus mengalirkan darah. Tiba-tiba aku teringat dengan Sari, teman baikku sewaktu pertamaku berada di Batam. “Mungkin dia bisa membantuku..” pikirku. Saat itu aku teringat kepada Tuhan. Tuhan Yesus, kumohon tolonglah aku..” seruku dalam hati.
Aku adalah wanita sempurna di dalam Kristus
Akhirnya aku dirawat di RS Harapan Bunda. Setelah menjalani perawatan intensif selama 5 hari, kondisiku membaik dan aku diijinkan pulang. Setelah keluar dari rumah sakit, Sari mengajakku ke Jakarta untuk bertemu dengan ibu Linneke. Ia melayaniku dengan penuh ketulusan, tidak seperti perhatian yang ditunjukkan temen-temanku sebelumnya yang akhirnya menyeretku dalam jerat dosa lesbian. Melalui ibu Linneke, aku diperkenalkan kepada Kristus melalui seluruh perbuatannya yang mencerminkan kasih Kristus. Hubungan kami seperti keluarga yang penuh kasih dan damai sejahtera. Bahkan, 3 keponakannya juga turut ambil bagian membantuku dalam proses pemulihan iman dan kejiwaanku. Mereka tidak pernah lelah mengajakku pergi ke gereja. Hingga aku pun mulai berani berdoa, “Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah menyelamatkan hidupku. Terima kasih karena Engkau telah mengampuniku dari seluruh dosa-dosa yang pernah kubuat..”
Sejak saat itu, aku menjadi sangat yakin bahwa Tuhan Yesus telah mematahkan segala ikatan dosa yang akan membawaku kepada kebinasaan kekal. Keberanian dan pemulihan iman yang terjadi dalam hidupku membuatku semakin taat dan konsisten untuk berdoa, membaca firman Tuhan dan aku terus mengikuti persekutuan-persekutuan ibadah yang benar-benar menjamah hatiku dan menguatkan keyakinanku di dalam Kristus sehingga akhirknya aku berserah total kepada Tuhan serta menyatakan kesediaan untuk dibaptis. Maret 2003, ketika aku dibaptis, aku merasa ada suatu roh yang keluar dari tubuhku. Saat itu aku menangis karena aku sangat yakin bahwa aku sudah dibebaskan dari kutuk dosa lesbianku dan kasih Kristus yang luar biasa kini ada di dalam hidupku. “Aku telah menjadi wanita sempurna di dalam Yesus Kristus.” Ucapku.
Sekarang aku adalah seorang hamba Tuhan yang melayani sebagai pendoa bagi orang-orang yang terbaring lemah di rumah sakit. Tuhan selalu menyertai setiap pelayananku. Mukjizat-mukjizatNya yang luar biasa terus terjadi melalui pelayanan ini. Bonus yang mulia dari Tuhan ialah melalui kehidupanku sekarang ini, Marsa akhirnya bertobat dan terlepas dari jerat dosa lesbian. Ia menjadi wanita yang sempurna di dalam Tuhan Yesus Kristus, bahkan kini ia juga menjadi seorang pelayanan Tuhan.
Yeremia 29:11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
“Dalam satu minggu kurang lebih 3-4 kali ‘main’ dengan perempuan. Pernah dalam satu hari tiga kali berhubungan intim dengan perempuan yang berbeda. Kalau dibilang Hyper sex, iya! Sampai saat ini wanita pelacur yang pernah tidur dengan saya lebih dari seribu,” ujar Iyus.
Tidak ada yang menyangka bahwa seorang pelajar sekolah Theologia yang bernama Iyus Ruswanta ternyata pernah melakukan hubungan sex dengan ratusan wanita. Bertubuh kecil dan berkulit hitam, itulah sosok Iyus Ruswanta yang juga pernah merenggut keperawanan enam orang perempuan. Bahkan ia sempat memaksa tiga orang pacarnya untuk melakukan aborsi.
Ajakan Dari Teman
Salah seorang teman Iyus pernah memberikan dia sebuah ajaran sesat dimana ia mengatakan bahwa jika Iyus berhasil meniduri tujuh orang perawan maka ia akan menjadi laki-laki yang memiliki aura – daya tarik terhadap wanita. Sebuah ajaran bodoh yang tidak masuk di akal namun diyakini benar oleh Iyus. Apa yang diucapkan oleh temannya itu terus terngiang dalam pikirannya dan ia pun mulai mencari korban perempuan untuk dijadikan mangsanya.
Pengalaman Seks Di Masa Kecil
Ketika Iyus masih duduk di bangku SD kelas 2, ia mengalami kejadian yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidupnya. Waktu itu Iyus sedang bermain di depan rumahnya ketika tetangganya memanggil Iyus untuk masuk ke dalam rumahnya. Tetangga Iyus itu adalah seorang janda berusia 30 tahun. Ketika berada di dalam rumah, janda itu mengajak Iyus masuk ke dalam kamar dan menyuruhnya membuka celana. Wanita itu lalu mengajarkan Iyus cara berhubungan intim, padahal pada waktu itu Iyus yang masih kecil sama sekali tidak mengerti apa yang sesungguhnya sedang mereka lakukan. Setelah melakukannya, Iyus diberi uang oleh janda tadi. Seminggu kemudian Iyus diajaknya lagi melakukan hal yang sama di sebuah kebun kosong sambil berdiri. Iyus sendiri tidak menolak ajakannya, karena ia berpikir akan mendapatkan uang setelah itu.
Berzinah Dengan PSK Dan Jemaat Yang Dilayani
Dari usia remaja Iyus sudah mulai mengenal wanita malam dan ia sering kali berhubungan seks dengan mereka. Ratusan wanita sudah pernah melayani nafsu birahinya hingga saat ini. Bahkan ketika ia kuliah dengan jurusan Theologia di Jogyakarta Iyus sering berhubungan seks dengan para pelacur tanpa ada yang mengetahuinya. Iyus sempat terpilih menjadi salah satu dari sepuluh mahasiswa yang boleh melakukan khotbah di luar kota. Pertama kali pelayanan ia ditugaskan di kota Magelang. Tetapi tiga hari setelah itu Iyus malah jatuh lagi ke dosa perzinahan dengan salah satu jemaat yang ia layani. Dia adalah seorang janda dan Iyus berhubungan seks dengannya sebanyak lima kali di rumah janda tersebut. Perbuatannya itu pada akhirnya diketahui dan Iyus diskors selama satu tahun dari pelayanan.
Kepergok Ingin Memperkosa Teman Istri
Pada tanggal 14 Juli 1996 Iyus menikahi seorang wanita bernama Sri Hastuti. Awal pernikahan mereka memang berjalan dengan baik, tapi setelah mempunyai seorang anak satu tahun kemudian Iyus jatuh lagi ke dalam dosa seksual. Tanpa sepengetahuan istrinya ia sering mengunjugi tempat berkumpulnya para wanita malam.
Kelakuan Iyus setelah mempunyai istri ternyata tidak juga berubah menjadi baik. Ia pernah memaksa istrinya untuk mengintip seorang wanita yang sedang mandi sebelum mengajak Sri Hastuti untuk berhubungan intim.
Pada suatu malam Sri Hastuti, istri Iyus membawa temannya untuk menginap dan tidur bersamanya. Iyus yang sudah tidur terlebih dahulu tidak menyadari bahwa istrinya hendak membawa tamu untuk tidur di rumahnya. Ketika ia terbangun di tengah malam, Iyus baru menyadari ada tamu wanita sedang tidur di samping istrinya. Seketika itu juga Iyus terangsang melihat tubuh teman istrinya dan tergoda untuk menyetubuhinya. Namun belum sempat ia memulai niat jahatnya, wanita itu menjerit dan jeritannya membuat Sri Hastuti terbangun. Caci maki dan kata-kata kasar Iyus lontarkan kepada istrinya yang seharusnya mendapat permohonan maaf dari Iyus.
Setelah saling melontarkan kata-kata kasar, Iyus pun mengusir istri dan anaknya keluar dari rumah. “Rasa sakit hati saya sudah tidak tertahan lagi. Waktu itu malam-malam jam 12 saya langsung kabur dari rumah,” ujar Sri Hastuti. “Saya sengaja berjalan di tengah jalan sambil menggendong anak saya. Bis-bis yang lewat mengklaksonin saya dan sopirnya mencaci maki saya. Padahal saya benar-benar ingin mati.”
Depresi Akibat Ditinggal Anak
Beberapa hari Iyus tinggal seorang diri di rumah. Sri Hastuti sempat menelponnya satu kali di siang hari, dan lewat pembicaraan di telepon Iyus mendengar suara anaknya yang sedang sakit diare parah dan nyaris mati. Hatinya mulai tersentuh mendengar penderitaan yang dialami oleh anaknya. “Mengapa saya mengusir istri dan anak saya!” Seru Iyus dalam hati sambil meratapi kesendiriannya. Iyus sangat merindukan anaknya pada waktu itu. Kepergian anaknya membuat jiwa Iyus terluka. “Di tembok dinding itu saya menulis dengan cat pilox: David, papa sayang kamu, papa rindu sama kamu David, pulang… Kembali ke Cikampek,” ujar Iyus. Terngiang terus suara anaknya yang ia dengar ketika istrinya menelpon beberapa hari yang lalu.
Sri Hastuti Kembali Ke Rumah
Setelah 4 bulan berpisah dengan Iyus, Sri Hastuti memutuskan untuk kembali berkumpul dengan suaminya dan Iyus pun meminta maaf. Namun Iyus tetap bersenang-senang di atas penderitaan sang istri. Rasa sakit yang dialami Sri Hastuti membuat ia menolak kelahiran anak keduanya. Sering kali Sri Hastuti memukuli perutnya yang sudah mulai membesar. “Saya tolak itu dan saya pukuli perut saya. Kenapa mesti dikasih anak lagi? Saya sudah punya beban yang sangat berat,” ujar Sri Hastuti. Meskipun begitu, Iyus berusaha untuk menenangkan hati istrinya ketika melihat Sri Hastuti memukuli perutnya sendiri. Bayangan aborsi yang pernah dilakukan 3 kali kepada mantan pacarnya membuat Iyus takut dan merasa berdosa. Ia tidak ingin terjadi apa-apa pada anak yang sedang dikandung oleh Sri Hastuti. Dalam keadaan rumah tangga yang kacau-balau, Sri Hastuti memutuskan untuk melahirkan anak keduanya di Jawa. Satu setengah tahun lamanya Iyus berpisah dengan Sri Hastuti sebelum ia mengajak istrinya untuk tinggal satu rumah lagi. Setelah Sri Hastuti kembali, Iyus berjanji akan memulai lembaran baru dengan sang istri. Namun ternyata janji itu tidak dipenuhinya.
Rasa Benci Sang Istri Memuncak Setelah Dihajar Iyus
Sebuah pertengkaran dahsyat terjadi kembali. “Saya selalu ngomongin masa lalunya. Dia sudah minta maaf kepada saya, tapi saya sering ulang-ulangi melecehkan dan mengomeli dia,” ujar Sri Hastuti. Hingga pada suatu malam, Iyus menjadi gelap mata dan emosinya memuncak ketika istrinya mengungkit masa lalunya. Tanpa pikir panjang Iyus meninju istrinya berkali-kali seperti memukul seorang laki-laki. Mulut Sri Hastuti hancur dan mengucurkan darah. Iyus masih terus menghajarnya dengan geram tanpa mempedulikan luka-luka yang sudah mulai berdarah di wajah istrinya. Diinjak dan ditendangnya Sri Hastuti sekuat tenaga ketika Sri Hastuti terjatuh.
Rumah Tangga Semakin Rusak
Hari-hari selanjutnya Sri Hastuti semakin tersiksa dengan perilaku Iyus. Setiap kali hendak melakukan hubungan badan, Iyus selalu mengajak istrinya menonton film porno. “Batin saya menjerit, rasa kebencian saya sebenarnya sudah membuat saya ingin menolak,” ujar Sri Hastuti.
“Saya tidak bangga melakukannya. Saya malu. Saya sudah berusaha untuk menghentikan dan melawannya. Namun saya tidak mampu. Sudah seperti menjadi jiwa saya bahwa Iyus itu penjinah,” ujar Iyus. Semakin sering Iyus menyesali perbuatannya dan berusaha dengan kekuatannya sendiri untuk keluar dari cengkeraman dosa seksual, semakin dalam ia terperangkap dalam dosa ini. “Saya sudah benci kepada dosa-dosa saya. Saya lebih jorok dari sampah. Najis dan kotor sekali. Hidup saya memalukan,” ujar Iyus. Setiap hari tidak pernah Iyus rasakan kedamaian yang sejati dalam hidupnya. Ia mulai merasakan jenuh dengan keadaan hidup yang seperti itu dan berniat untuk berubah. Iyus benar-benar merasakan kerinduan yang kuat untuk bisa berubah dan sadar bahwa satu-satunya orang yang bisa melakukan perubahan itu adalah dirinya sendiri. Sementara itu pengharapan dan doa Sri Hastuti tidak pernah terhenti. “Saya berdoa pasti Tuhan akan mengubahkan hidup saya. Tidak mungkin selalu seperti ini terus. Walaupun suami saya seperti itu, tetapi saya punya Tuhan yang menguatkan saya. Dan banyak saudara-saudara saya yang Tuhan pakai untuk mengasihi saya,” ujar Sri Hastuti.
Hidup Iyus Dipulihkan
Berminggu-minggu Iyus berseru kepada Tuhan untuk membantunya melepaskan diri dari jeratan dosa yang mencengkeramnya. Ia sudah muak dengan kebiasaan buruknya. Tiada henti-hentinya Iyus meminta pertolongan Tuhan. Hingga pada suatu hari ia tidak menyangka bahwa ajakan temannya untuk mengikuti sebuah camp khusus pria ternyata menjadi pintu perubahan hidup yang selama ini Iyus nantikan. Dan lewat camp tersebut lawatan Tuhan mulai terasa dalam hidupnya. Iyus teringat anak dan istrinya sambil berseru kepada Tuhan, “Tuhan tolong pulihkan saya. Saya sudah lelah dengan hidup ini. Saya ingin memulai lembaran yang baru!” Iyus mulai merasakan jamahan Tuhan dan ia tahu bahwa semua dosanya sudah diampuni Tuhan ketika ia sungguh-sungguh meminta ampun dihadapan-Nya.
“Sambil menangis saya sadar, bahwa Tuhan benar, Tuhan memanggil saya untuk jadi seorang suami dan kepala dalam rumah tangga saya. Seharusnya saya mendatangkan berkat bagi anak-anak dan istri saya. Saya sangat berdosa sekali di hadapan Tuhan. Saya sangat menyesal dengan apa yang pernah saya lakukan. Kalau hidup saya bisa diulang dari awal, saya tidak ingin hidup seperti yang telah saya jalani,” ujar Iyus.
Sepulangnya dari acara itu Iyus langsung menemui istrinya. Dipeluknya Sri Hastuti sambil menangis dan ia meminta maaf kepada istrinya atas semua perbuatannya. Sri Hastuti pun meminta ampun kepada Iyus karena sebagai istri dia tidak menghormati Iyus. Mereka saling mengampuni dan berdoa bersama. Mereka menyerahkan masa depan rumah tangga mereka ke dalam tangan Tuhan dengan ucapan syukur.
“Sampai saat ini dia tunjukkan benar pertobatannya, Iyus sudah tidak merokok lagi, tidak judi lagi, tidak mabok, dan tidak main perempuan. Saya bersyukur saat ini suami saya dipulihkan dan keluarga kami pun dipulihkan,” ujar Sri Hastuti.
“Ini kuncinya, untuk kuat menghadapi godaan seksual kita harus membangun hubungan yang kuat secara terus menerus dengan Tuhan. Itu sudah saya buktikan dalam hidup saya,” ujar Iyus. “Keluarga saya bahagia, istri saya bahagia, anak-anak saya bahagia. Kehidupan rumah tangga kami sungguh damai. Saya tahu dihadapan Tuhan saya adalah ciptaan yang baru.” (Kisah ini telah ditayangkan 6 Agustus 2007 dalam acara Solusi di SCTV).
Sumber Artikel :Jawaban.comSumber Kesaksian :Iyus Ruswanta http://kisahnyatakristen.kiosgeek.com/2008/12/15/kenajisan-terdalam/
Yang Pertama dari serangkaian khotbat-khotbah penafsiran 2 Korintus 12:9
"Dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna"
Disampaikan oleh Pastor Eric Chang pada Januari 3, 1993
Di Gereja Christian Disciples Pulau Pinang (Malaysia), Kebaktian Permulaan
Apakah Kita Melihat Keadaan Yang Menyedihkan Di Sekeliling Kita?
Di sekitar tempat tinggal kami yang baru di Hong Kong, ada orang yang sedang membangun jalan yang baru yang mana di kedua sisi jalan itu ditanami pohon-pohon guna untuk menarik lebih banyak orang supaya pindah ke daerah itu. Sayangnya, usaha itu hanya sebagian saja yang berhasil. Saya suka berjalan-jalan di sekitar tempat itu. Saya perhatikan bahwa pohon-pohon yang masih muda ini sangat kurus dan hanya mempunyai beberapa dahan yang jarang; pohon-pohon itu berusaha keras untuk tumbuh di dalam satu lingkungan yang tidak bersahabat.
Mengapa saya mengatakan satu lingkungan yang tidak bersahabat? Karena sangat sulit bagi pohon-pohon tersebut untuk tumbuh subur dalam keadaan yang demikian. Pemerintah setempat telah memasang pipa air di sepanjang sisi jalan. Pipa tersebut diberi lubang kecil di setiap tempat yang ditanami pohon dengan tujuan sebagai persediaan air bagi pohon-pohon tersebut selama musim panas di Hong Kong. Lubang-lubang di atas pipa air tersebut mungkin tersumbat sehingga pengairan tidak berjalan lancar. Bila saya melihat pohon-pohon yang kecil itu, saya merasa sangat sedih karena saya melihat bahwa kebanyakan dari pohon-pohon kecil itu layu. Daun-daunnya kering dan warnanya sudah berubah menjadi coklat tua. Usaha mereka untuk melangsungkan kehidupannya kelihatannya telah gagal.
Yang paling menyedihkan, pohon-pohon tersebut tidak mendapatkan air sekalipun terdapat satu aliran air yang besar melewati ujung-ujung akar mereka. Mereka sedang layu, sedangkan air segar mengalir dengan deras di atas mereka. Kehidupan sesungguhnya begitu dekat, akan tetapi pada kenyataannya begitu jauh. Bayangkan jika hal ini terjadi pada kita, kalau kita adalah salah satu dari pohon ini: melihat air mengalir dengan limpahnya di atas kita dan sementara itu kita sekarat dalam kehausan, terbakar di bawah terik matahari dan merindukan beberapa tetesan air; Dan air itu hanya mengalir melewati kita begitu saja. Di suatu tempat lebih jauh di bawah di sepanjang pipa tersebut, beberapa pohon mendapat air dan mereka tampak tumbuh dengan subur sekali dengan daun-daunnya yang berwarna hijau. Namun, kebanyakan dari pohon-pohon yang ada sedang sekarat tepat di bawah pipa air itu juga. Saya berpikir: "Di mana pengurus taman ini? Apa yang sedang dikerjakannya? Apakah ia sedang menunggu sampai mereka semua mati?"
Jadi, setiap kali saya berjalan di sepanjang jalan tersebut, saya berpikir bahwa terdapat banyak hal yang dapat dipelajari dari situasi ini. Sebagai umat Allah, di dalam diri kita terdapat aliran-aliran air hidup ini. Seperti yang dikatakan Paulus di dalam 2Korintus 4:7, kita mempunyai harta ini (air hidup ini) di dalam bejana tanah liat (2 Korintus 4:7)
Saya tidak tahu berapa banyak orang yang berada di sekeliling kita akan menengadah sambil berkata, "Berikan kami sedikit air, kami sedang binasa! Jika tidak cepat, mungkin akan terlambat!" Apakah kita begitu disibukkan dengan hal-hal yang lain sehingga kita mengabaikan mereka yang berada di sekeliling kita dan membiarkan mereka untuk binasa? Seringkali kita terlalu sibuk menyalurkan air itu ke tempat lain yang lebih jauh dan lupa untuk membagikan pada mereka yang ada di dekat kita. Barangkali kita mengucap selamat pada diri sendiri dan mengatakan: "Ya, di sebelah sana, terdapat beberapa pohon yang bertumbuh subur karena perhatian kita. Pipa kita masih berfungsi."
Tetapi bagaimana dengan kebanyakan orang yang sedang mati kehausan dan sedang binasa di sepanjang jalan?
Di Manakah Air Hidup Itu?
Di manakah gereja? Di manakah gereja yang berfungsi? Di sana sini terdapat satu dua pohon kecil yang bertumbuh, dan kita merasa bangga dengan diri kita sendiri dan berkata bahwa karena kita, pohon-pohon kecil ini bertumbuh. Dan lihat di sebelah sana, ada satu lagi!
Tetapi bagaimana dengan sejumlah besar orang yang sedang binasa? Kita tidak mempunyai waktu untuk memikirkan mereka. Kita hanyalah satu pipa air. Bagaimanapun, berapa banyak pohon yang dapat kita perhatikan? Di dalam pipa air dekat rumah saya tersebut, terdapat cukup air untuk semua pohon, andai saja terdapat kerelaan untuk membuka diri sedikit. Andai saja tukang kebun mau memastikan bahwa lubang-lubang di pipa tersebut tidak tersumbat maka semua pohon tadi dapat diairi.
Saya bertanya-tanya apakah kita seperti pipa air yang tersumbat tersebut?
Hari ini di Pulau Pinang, kita memiliki satu aliran air yang baru. Saya berharap, oleh anugerah Allah, orang-orang yang haus dan bersungguh-sungguh merindukan air dapat menemukannya di sini.
Saya Menemukan Banyak Orang Yang Kehausan Di Mana-Mana
Beberapa bulan yang lalu, dalam penerbangan kembali ke Montreal dari Timur Tengah, saya duduk di samping seorang pria. Sementara kami berbicara, saya mendapati bahwa pria tersebut telah mencari kebenaran sejak masa mudanya. Ia berusaha mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul tentang kehidupan, namun sia-sia. Ia tidak pernah menemukan apa-apa, dan tidak ada orang yang dapat memberitahukan apa artinya kehidupan itu. Dia duduk di samping putranya, pemuda yang tampan dan merupakan seorang ahli ilmu purbakala. Saya berbicara dengan pria ini dan bertanya tentang kehidupannya. Ia bercerita kepada saya, "Sebenarnya dulu aku adalah seorang mahasiswa kedokteran dan hatiku rindu untuk mengetahui apa artinya kehidupan ini. Aku berusaha mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaanku yang begitu banyak." Akhirnya, iapun meninggalkan studi kedokterannya untuk beberapa waktu untuk mempelajari ilmu filsafat, dengan harapan dapat menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaannya. Namun, bukan jawaban yang ia temukan tetapi sebaliknya timbul lebih banyak pertanyaan lagi yang tidak ada jawabannya. Dia sekarang menjadi seorang Profesor Filsafat di McGill University dan ia juga membuka praktek sebagai dokter penyakit jiwa, karena sebelumnya, ia mengambil studi kedokteran umum tetapi kemudian beralih profesi ke ilmu penyakit jiwa. Sementara itu, dia juga mengajar filsafat di Universitas.
Dua puluh tahun kemudian, saya duduk di sampingnya dan bertanya, "Bagaimana pandangan kamu terhadap kehidupan sekarang, apakah hingga saat ini kamu masih belum menemukan jawabannya juga?" Dan ia berkata, "Aku sudah menyerah dan menerima kenyataan bahwa kehidupan ini tidak ada jawabannya, tidak ada jawaban yang dapat ditemukan. Yang ada hanya pertanyaan, dan kita cuma perlu menerima keadaan itu."
Lalu saya bertanya lagi, "Apa yang kamu ajarkan selama ini, mengingat kamu hanya mempunyai pertanyaan dan tidak ada jawabannya?" Dan ia menjawab, "Baik, aku mengajar mereka untuk melihat pertanyaan-pertanyaan itu." Saya bertanya lagi, "Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang datang untuk mencari jawaban?" Ia menjawab, "Seperti aku, mereka harus mengerti bahwa tidak ada jawabannya." Saya berkata kepadanya, "Apakah pernah terlintas di pikiranmu bahwa mungkin ada jawabannya?" Katanya, "Oh iya, tetapi di mana?" Saya berkata, "Apakah kamu tidak keberatan kalau saya menceritakan sedikit tentang kehidupan saya?" Ia berkata, "Oh, silakan saja, ceritakan."
Jadi saya menceritakan kepadanya dan ia sangat tertarik. Ia berkata, "Sungguh? Kamu benar-benar bertemu dengan Allah? Apakah mungkin untuk seseorang mengenal Allah?" Suatu wawasan yang baru mulai terbuka bagi dia. Bangkit di dalam dirinya satu semangat yang baru. Dan ia berkata, "Mungkin masih ada jawabannya." Setibanya kami di Montreal, saya mengatakan bahwa saya akan menghubunginya lagi, sambil memberi padanya beberapa kopian dari kesaksian saya, dan beberapa buku lagi yang menceritakankan tentang pekerjaan-pekerjaan Allah yang ajaib dan nyata. Karena saya harus melanjutkan perjalanan ke Timur jauh, kami sepakat untuk bertemu lagi bila saya kembali lagi akhir tahun ini. Bila Tuhan mengizinkan, kami akan bertemu lagi.
Kisah ini menggambarkan seseorang yang rela meninggalkan kedokterannya untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan, tetapi dia tetap tidak menemukan jawabannya. Orang tersebut diumpamakan sebagai sebatang pohon, satu pohon yang muda, seorang mahasiswa kedokteran yang muda yang sedang mencari air kehidupan. Pada saat yang bersamaan, kehidupan rohaninya sudah layu karena kehausan. Ia menjadi seorang yang sinis: karena terdapat terlalu banyak pertanyaan, tetapi tidak menemukan jawaban. Dan ia menerima kenyataan itu dengan berani.
Dalam perjalanan dari Montreal ke Hong Kong, sekali lagi saya berada di atas pesawat. Kali ini saya duduk berdampingan dengan seorang pria Thai dari Bangkok. Kami bercakap-cakap dan ia menceritakan kepada saya tentang kehidupannya. Ia baru saja kembali dari satu tour keliling Eropa. Ia telah mengambil pensiun lebih awal dan ia berkata kepada saya: "Tidak ada gunanya bekerja sampai mati, bukan? Apa tujuannya kehidupan ini? Apakah ada artinya kehidupan ini? Saya sudah mencapai puncak karir, sebagai seorang eksekutif perusahaan Shell di Thailand, dan saya memutuskan untuk mengambil pensiun lebih awal. Saya telah memiliki semua uang yang saya butuhkan dan jika saya melanjutkan bekerja seperti itu maka pernikahan saya akan berantakan karena saya jarang sekali berada di rumah, terlalu sibuk dengan pekerjaan. Bahkan kesehatan sayapun akan terganggu. Jadi bagi saya sekarang, semua keinginan saya sudah tercapai, dan itu sudah cukup. Sekarang saya ingin menikmati apa yang tersisa dari hidup ini." Bagi dia, menikmati hidup berarti melakukan perjalanan keliling Eropa, meskipun kewalahan untuk mengunjungi 7 negara dalam 10 hari. Itulah cara orang ini menikmati hidup. Saya dapat memikirkan cara yang lebih baik untuk menikmati hidup. Bagi saya, mengadakan perjalanan sangat melelahkan. Bahkan hanya berpikir untuk melakukan perjalanan keliling 7 negara dalam 10 hari saja sudah cukup melelahkan saya. Bagaimanapun, mungkin hal itu merupakan sesuatu yang baru baginya.
Saat kami bercakap-cakap, ia memberikan kartu namanya kepada saya. Saat mengeluarkan kartu namanya, tampak pula kartu emas American Expressnya. Kami berbicara tentang tujuan hidup. Bagi dia, kehidupan ini tidak ada tujuan. Saya berpikir sendiri bahwa orang ini telah mencapai usia pensiun, dan telah memanjat tangga kehidupan sampai ke atas, namun masih belum mengerti apa artinya kehidupan. Orang ini merupakan salah satu dari pohon yang ditanam di tepi jalan itu. Andai saja pada masa mudanya, seseorang telah membawakan sedikit air padanya. Maka sekarang, dengan mengadakan sedikit perjalanan saja sudah cukup untuk memuaskannya. Saya bertanya, "Apakah kamu tidak bosan; bagaimana kamu menghabiskan waktumu?" Dia berkata, "Saya bermain golf."
Coba bayangkan; jika tidak ada lagi yang tersisa di dalam kehidupan ini selain golf, sebenarnya kehidupan ini tidak berarti lagi. Kehidupan macam apa itu? Menyedihkan sekali! Tragis sekali! Tidak berarti! Tetapi apa yang dapat kita katakan? Kehidupan rohaninya sudah layu dan mati. Tidak ada lagi yang tertinggal. Sekarang ia menghabiskan sisa hidupnya dengan memukul bola golf seminggu dua kali. Dan saya tidak melanjutkan untuk bertanya kegiatan apa lagi yang ia lakukan dengan hari-harinya yang lain. Mungkin ia hanya berbaring di serambi dan tidur. Sungguh mengerikan!
Kita harus membawa air kehidupan kepada orang-orang seperti ini. Apa yang terjadi kepada jiwa, roh, potensi-potensi kekal yang ada dalam orang-orang ini? Menjadi layu tanpa air? Alangkah besar sukacitanya karena air hidup ini dapat dibawa ke Pulau Pinang!
Di dalam waktu yang sisa ini, saya ingin membahas sedikit lagi mengenai air kehidupan ini. Bagaimana kita dapat memenuhi misi ini? Dengan jalan apakah supaya misi itu dapat digenapi? Apakah karakter gereja; Dan mengapa kita sebagai gereja dan sebagai orang-orang Kristen, sering gagal?
Mungkin kita sendiri masih belum memahami dengan baik tentang pesan dari Injil yang sebenarnya. Kita tidak mengetahui apakah Injil itu. Bila saya berbicara tentang air kehidupan, tentu saja, saya berbicara tentang Injil Kristus. Tetapi apakah Injil itu? Mungkin anda sudah lama menjadi orang Kristen, tetapi apakah anda yakin anda tahu apakah Injil itu? Tahukah anda bagaimana untuk menyampaikan Injil kepada orang yang haus jika anda tidak tahu apakah Injil itu! Tidak heran bila anda belum dapat memberikan air kehidupan itu kepada siapapun. Apakah karakter Injil yang paling penting? Dan bagaimana Injil seharusnya disampaikan?
Saya akan membahas dari Lukas 10:3. Kepada tujuh puluh murid yang akan diutus-Nya, Yesus berkata: "Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala."
Ayat ini begitu kaya dalam arti. Lebih banyak saya merenungkan ayat ini, semakin ragu-ragu saya untuk mengkhotbahkannya. Kekayaan yang terdapat di dalam ayat ini dapat dikatakan berkelimpahan. Mengapa ayat ini begitu penting? Karena pada ayat ini terletak inti Injil, apa yang ia lakukan dan bagaimana ia harus memberitakannya. Lebih dari itu, ayat ini juga mudah diingat karena ayat ini membandingkan dua gambaran yang bertentangan: serigala dan anak domba, atau lebih tepat lagi, sekelompok serigala dan sekelompok anak domba.
Tuhan Yesus berkata: "Pergilah sekarang, Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala." Lebih banyak anda merenungkan gambaran ini, lebih mengherankan. Anda tidak perlu menggunakan imajinasi (daya khayal) yang baik untuk melihat apa yang akan terjadi kepada anak-anak domba yang diutus ke tengah-tengah serigala. Dapatkah anda bayangkan berapa lama anak-anak domba itu dapat bertahan hidup? Apakah mereka dapat bertahan selama 5 menit? Atau 10 menit? Anak-anak domba yang malang dan tidak berdaya tersebut akan segera dicabik-cabik. Bahkan Tuhan Yesus tidak menyebut "domba", setidak-tidaknya, domba lebih besar, hampir sebesar serigala. Tetapi anak domba! Anak domba melawan serigala? Ini benar-benar anak-anak domba yang diutus untuk dibantai.
Di sini Yesus berkata, "Aku akan mengutus kamu keluar, dan kamu akan berhadapan dengan lawan yang tidak sebanding." Apakah tujuan dari semua ini? Apakah terdapat semacam strategi di sini? Apakah ini sekedar satu lelucon? Jika ini sekedar satu lelucon, ini adalah satu lelucon yang kejam terhadap anak-anak domba itu. Jadi apakah yang ingin disampaikan Yesus kepada kita?
Bila anda membaca Alkitab, saya bertanya-tanya apakah dampak dari gambaran yang dipakai membangkitkan imajinasi (daya khayal) anda. Marilah kita bersama-sama meneliti ayat ini dan menguraikannya ke dalam beberapa poin yang singkat.
Apakah Karakter (Sifat) Serigala?
Pertama-tamanya, kita harus memahami karakter (sifat) serigala. Tahukah anda tentang serigala? Bangsa Palestina tahu banyak tentang serigala karena mereka adalah pengembara. Domba adalah nafkah penghidupan mereka. Mereka harus melindungi domba-domba mereka, dan ancaman yang paling besar yang harus dihadapi tentu saja adalah serigala.
Baru-baru ini, saya membaca satu artikel yang menarik di dalam majalah National Geographic terbitan tahun 1989 mengenai serigala, terutamanya serigala Arktik. Serigala Arktik sama saja seperti serigala di tempat-tempat lain, hanya mereka tinggal di benua Arktik. Beberapa penyelidik berhasil mendekati serigala-serigala tersebut, dan membiarkan serigala-serigala tersebut membiasakan diri dengan mereka, supaya mereka dapat memperhatikan tingkah laku serigala-serigala itu dari dekat.
Dari penelitian itu, mereka menyimpulkan karakter (sifat) serigala dalam tiga kata: agresif, menuntut dan sangat egois. Itulah sifat dasar serigala. Artikel ini tidak ditulis oleh seorang Kristen demi kepentingan khotbah saya. Mereka menulis artikel ini sebagai hasil dari penelitian mereka tentang serigala-serigala tersebut dari jarak yang dekat.
Masyarakat serigala terdiri dari satu masyarakat yang berdisiplin, yang berdasarkan kepimpinan dan penguasaan dari satu serigala jantan. Sistem kehidupan adalah satu sistem di mana satu memerintah yang lain. Yang kuat (tentu saja, serigala yang lebih besar, yang lebih berkuasa, yang memiliki gigi lebih tajam, yang lebih licik, yang lebih kejam) menguasai seluruh kelompok dan memimpin kelompok itu ke mana saja ia ingin pergi. Masyarakat serigala berjalan berdasarkan pola ini. Sangat menarik.
Masyarakat manusia juga berjalan dengan cara yang sama, sekalipun kadang-kadang dengan cara yang lebih halus. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata di Matius 20:25,
Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Masyarakat manusia berjalan berdasarkan prinsip yang sama seperti masyarakat serigala. Siapa pada akhirnya yang lebih berkuasa? Pada kebiasaannya orang yang bersaing, orang yang berinisiatif, orang yang cerdik dan dapat mempengaruhi orang lain, orang yang pandai memikat hati dan memenangkan suara. Orang seperti inilah yang menjadi pemenang, apakah ia melakukannya dengan senyuman, atau dengan kekerasan. Pada akhirnya orang jahatlah yang menang. Ia ingin memberikan satu kesan bahwa ia adalah seorang yang baik, seorang penyelamat dunia, penyelamat bangsa, dan lebih lagi, penyelamat anda. Selama anda mengikutinya, anda tidak akan lapar. Ia akan melindungi anda dan ia akan melakukan yang terbaik untuk anda - ia adalah seorang manipulator yang hebat. Orang seperti inilah yang akan menjadi pemimpin.
Saat Tuhan berbicara mengenai serigala dan kelompoknya, Ia sebenarnya berbicara tentang masyarakat dunia sebagaimana adanya. Setiap kita yang hidup di dalam masyarakat ini tahu siapa yang berpengaruh. Di perusahaan umpamanya, hanya ada satu orang saja yang dapat mencapai puncak atau hanya ada satu orang saja yang dapat menambatkan ekornya untuk mencoba mencapai puncak. Jadi kalau anda tidak dapat menjadi nomor satu, anda dapat menjadi nomor dua dengan menjilat orang yang memegang posisi nomor satu untuk dapat mencapai puncak. Kehidupan manusia berjalan dengan cara seperti ini. Itulah caranya seseorang mendapatkan kekuasaan.
Jadi apabila Tuhan mengatakan, "Aku mengutus kamu ke tengah-tengah serigala", Yesus sebetulnya berkata, "Inilah masyarakat dunia dan lihatlah bagaimana bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah berfungsi? Mereka menguasai satu sama lain." Mereka semua ingin menjadi bos besar. Para bandit tidak begitu halus dan lebih terang-terangan: "Mari sini. Pergi sana. Aku tembak kamu jika kamu tidak mengikut perintah aku." Banyak politikus melakukan hal yang sama tetapi dengan cara yang lebih sopan. Di dalam perebutan kuasa di perusahaan, hal yang sama terjadi, bukan? Di mana-mana sama saja, sama seperti masyarakat serigala.
Jadi apabila Tuhan berkata, "Aku mengutus kamu keluar", Ia sebetulnya berkata, "Aku mengutus kamu keluar ke dalam dunia serigala".
Bagaimana perasaan anda masuk ke dalam kelompok seperti ini? Bagaimana perasaan murid-murid-Nya saat mendengar, "Aku akan mengutus kamu pergi dan kamu akan dibantai oleh serigala." Atau, benarkah mereka akan dibantai? Kita akan datang pada itu sebentar lagi.
Menjadi Seorang Kristen Yang Sejati Berarti DITRANSFORMASIKAN Dari Seekor Serigala Menjadi Anak Domba
Tetapi mungkin anda berkata, "Tunggu dulu, sebelum kita pergi sejauh itu, bukankah kita semuanya serigala sebelum kita menjadi orang Kristen?" Memang benar. Sebelum saya menjadi seorang Kristen, saya ialah seekor serigala. Kalau bukan karena anugerah Allah, saya ialah seekor serigala, dan mampu melenyapkan semua lawan dan merebut tempat tertinggi sama seperti semua yang lain. Biar setiap orang menantang, saya tidak akan takut. Sebelum saya menjadi orang Kristen, cita-cita saya adalah bergerak dalam bidang militer. Untuk mencapai puncak di dalam bidang militer, anda dituntut untuk bersikap kejam. Saya siap melakukan apa saja yang diperlukan untuk mencapai puncak dengan alasan demi menyelamatkan negara, belum lagi menjadikan diri saya sebagai kepala negara.
Kesombongan yang sangat mendalam namun tersembunyi. Seringkali kita menyembunyikan motif kita. Dahulu saya memang adalah seekor serigala.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku mengutus kamu keluar sebagai anak domba." Di manakah anak-anak domba tersebut? Jadi, pertama-tama, mereka harus menjadi anak-anak domba dulu sebelum mereka diutus keluar. Dalam pernyataan yang menakjubkan ini, Tuhan sedang mengatakan: untuk menjadi seorang Kristen yang sejati berarti harus ditransformasikan terlebih dahulu dari seekor serigala menjadi anak domba. Prinsip transformasi disimpulkan di dalam ayat ini. Allah harus melakukan sesuatu pada saya. Ia harus menangkap serigala ini dengan gigi-giginya yang tajam, dengan semua kelicikannya dan kekejamannya, dan mengubah karakternya (sifatnya) secara menyeluruh menjadi seekor anak domba.
Seringkali kita berkata, "Tunggu sebentar, saya suka menjadi serigala. Saya suka gigi yang tajam. Tanpa gigi yang tajam, siapa yang akan melindungi saya? Tidak ada yang akan membela saya. Anda baru saja menyatakan bahwa masyarakat dunia ini adalah masyarakat serigala. Saya merasa nyaman hidup di tengah-tengah masyarakat ini. Saya telah mendapatkan tempat saya di dalam masyarakat ini. Sekarang anda ingin mengubah saya menjadi seekor domba, dan akhirnya, menjadi steak domba? Semua serigala ini akan menghabisi saya dengan segera. Saya tidak menyukai hal ini. Saya ditinggalkan tanpa pertahanan. Saya tidak mau diubahkan."
Dan tahukah anda, bahwa masih ada banyak orang Kristen yang tidak mau diubahkan karena alasan yang saya sebutkan diatas, karena anda ditinggalkan dalam keadaan mudah diserang. Masih terdapat banyak juga orang yang hanya berubah di kulit luarnya saja, menjadi serigala dengan kulit domba. Dan anda menjadi anak domba sebatas kulitnya saja, tetapi di dalam diri anda masih tetap menjadi seekor serigala. Saya berharap anda memahami kiasan ini. Itulah gambaran yang dipakai oleh Tuhan Yesus di Matius 7:15.
Seringkali kita menemukan banyak orang di dalam gereja yang kelihatan seperti anak domba. Tatkala kita menyinggung perasaan mereka, kita akan terkejut betapa tajamnya gigi "anak-anak domba" ini. Mereka akan mengigit dan anda berpikir, "Aku tidak tahu anak domba mempunyai gigi yang tajam. Aku pikir hanya serigala yang mempunyai gigi setajam itu." Pernahkah anda melihat orang-orang Kristen yang selalu bertengkar? Ketika mereka berlumuran darah dan luka-luka, anda ingin tahu di mana anak-anak domba itu? Inikah kelompok domba?
Berbicara tentang anak domba, saya dapati hal yang menarik karena salah satu lambang favorit orang-orang Kristen adalah "rajawali". Saya seringkali diberi ayat yang indah ini dari Yesaya 40:31, "mereka yang menanti-nantikan Tuhan itu seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya". Kadang-kadang kita lupa bahwa bagian yang berlaku bagi kita bukanlah paruh dan cakar rajawali (yang dapat mengoyakkan bahkan seekor serigala muda), tetapi "naik terbang dengan kekuatan sayapnya". Tidak ada cakar pada sayap. Tidak ada paruh yang tajam pada sayap.
Kita menyukai lambang kekuatan. Bila anda melihat lambang kebangsaan, apakah anda melihat anak domba di sana? Tentu tidak. Apa yang anda lihat? Seekor naga. Lambang ini sangat populer di Hong Kong, begitu juga di Negeri Cina. Yang saudara lihat adalah singa, atau kuda bertanduk (unicorn), binatang-binatang yang tangkas dan cerdas. Siapa yang mau anak domba sebagai lambang? Sulit sekali untuk menemukan orang-orang Kristen yang tertarik untuk menjadi anak domba.
Paulus menggunakan gambaran tentang "saling menggigit dan saling menelan." Ia berkata kepada Jemaat Galatia, "tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan." (Galatia 5:15) Tahukah anda apa yang ingin Paulus sampaikan kepada Jemaat Galatia? "Aku meragukan bahwa kamu semua adalah anak domba. Kamu masih serigala di dalam." Banyak orang membaca pernyataan yang cerdik dari Paulus kepada Jemaat Galatia ini, tetapi tidak memahami artinya dengan sempurna.
Apakah anda sudah diubahkan? Apakah gigi anda masih terlalu lancip? Ketika kita menjadi anak domba, kita berkata, "Semua gigi serigala saya sudah hilang." Kemudian kita mengeluarkan kikiran kuku dan menajamkan gigi sambil berkata, "Aku masih membutuhkan semacam pertahanan supaya saat serigala menyerang, aku dapat membalas dengan beberapa gigitan." Jadi benarkah kita sudah berubah?
Yesus Disebut Sebagai Anak Domba
Adalah sangat luarbiasa bahwa Tuhan Yesus sendiri disebut Anak Domba (Yohanes 1:29, Kisah 8:32, 1 Petrus 1:19). Dalam kitab Wahyu, Ia disebut "Anak Domba" sebanyak 28 kali! Lebih dari itu, Ia adalah Anak Domba yang disembelih (Wahyu 5:6). Dapatkah kamu bayangkan seekor anak domba yang terluka, seekor anak domba yang telah disembelih? Apakah ia masih mempunyai kekuatan? Seekor anak domba yang sehat saja cukup lemah, bagaimana dengan seekor anak domba yang terluka dan telah disembelih? Inilah gambaran untuk transformasi atau perubahan yang sempurna. Jika anda tidak suka menjadi seekor anak domba, jangan pernah berpikir untuk menjadi seorang Kristen. Kalau tidak, anda akan salah dalam memberitakan Injil.
Anak Domba Diutus Keluar Ke Tengah-Tengah Serigala
Ini adalah "mission impossible" - misi yang mustahil. Seperti saya katakan tadi, anak domba tidak dapat bertahan lebih dari beberapa detik di tengah-tengah serigala. Pergilah ke kebun binatang dan lemparkan beberapa anak domba dan lihat berapa lama mereka dapat bertahan. Saya tidak yakin mereka dapat bertahan lama. Serigala dengan rahang yang tajam dan kuat itu akan segera melahap mereka. Apakah anda takut anda tidak dapat bertahan?
Apakah rahasianya? Apakah strategi yang dipakai oleh Tuhan?
Beberapa hari yang lalu saya meminum kopi yang panas. Saya merasa sangat haus. Tetapi bagaimana saya harus meminumnya, terutamanya di negara yang panas seperti ini? Maka istri saya, Helen, pergi ke pelayan dan meminta sedikit es batu. Kami memasukkan es itu ke dalam kopi dan dengan segera kopi tersebut menjadi dingin. Seperti inikah strategi Tuhan?
Apakah kita melepaskan anak-anak domba di tengah-tengah serigala, supaya serigala akan kehilangan sifat agresifnya dan menjadi anak domba? Itu tidak akan berhasil. Serigala tidak akan menjadi anak domba dengan memakan habis anak-anak domba. Anda mungkin pernah mendengar ungkapan, "anda menjadi seperti apa yang anda makan." Jika itu benar, maka strategi itu mungkin akan berhasil: lebih banyak anak domba yang dimakan, semakin mereka menjadi seperti anak domba. Tapi sayangnya, kenyataan tidak berfungsi seperti itu, bukan? Maka, itu tidak mungkin strateginya.
Jadi, apa strateginya? Apa gunanya mengutus anak domba ke tengah-tengah serigala?
Sekarang kita sampai pada gagasan kunci: strateginya adalah untuk mengandalkan kuasa Allah. Yaitu, kuasa Allah bekerja melalui anak domba itu untuk mengubah serigala itu. Hal ini tidak akan berhasil dalam kehidupan alami. Jika strateginya bukan untuk mengubah serigala melalui anak domba, jadi apa tujuannya mengutus anak domba untuk dibunuh? Tentu saja anak domba manapun yang diutus ke tengah-tengah serigala harus siap untuk mati, dan memang ada yang benar-benar akan dibunuh oleh serigala. Tetapi serigala tidak diubahkan hanya dengan melakukan apa yang alamiah bagi mereka - seperti memakan anak domba. Jelaslah di sini hanya kuasa Allah yang bekerja melalui anak domba itu yang dapat mengubah serigala itu.
Injil - Harus Diberitakan Dengan Nyawa Kita
Murid-murid diutus Yesus untuk memberitakan Injil. Jadi, Injil diberitakan kepada serigala dengan nyawa anak domba sebagai korban. Sejak dulu anak domba dipersembahkan sebagai kurban persembahan di dalam Alkitab. Makanya, kita dapat melihat bahwa Injil harus diberitakan dengan nyawa kita sebagai korban. Tidak ada jalan yang murah dan mudah untuk membawa Injil kepada orang lain. Anda mungkin tidak mempercayainya mengingat cara Injil diberitakan hari ini. Anda mungkin berpikir bahwa memberitakan Injil merupakan pekerjaan yang paling mudah di dunia ini. Persatuan Uni-Sovyet baru saja membuka diri dan dari berita kita melihat bahwa banyak orang bergegas masuk, dan mereka berdiri di tengah-tengah Red Square untuk memberitakan Injil. Banyak orang berkumpul untuk mendengarkan khotbah mereka. Tampaknya, tidak ada hal yang lebih mudah dari memberitakan Injil. Tidak ada pekerjaan yang lebih mudah daripada mengubah serigala menjadi anak domba, hanya bicara dan bicara saja. Lebih fasih anda berbicara, maka lebih berhasil anda. Menurut pepatah Cina, "semuanya bergantung pada lidah sepanjang tiga inci." Anda dapat berbicara sehingga seluruh dunia tunduk kepada anda: anak domba berbicara kepada serigala sehingga serigala menjadi anak domba.
Tetapi itu bukan gambarannya. Itulah sebabnya saya mengatakan tadi bahwa mungkin kita masih belum mengerti bagaimana Injil harus diberitakan. Lebih buruk lagi, mungkin kita juga masih belum mengerti apakah karakter Injil. Tolonglah mengerti bahwa Injil menuntut supaya anda mengalami transformasi, dan anda pribadi yang tahu apakah anda sudah diubahkan atau belum. Seringkali kita tidak rela diubahkan karena kita tahu saat kita diubahkan, kita tidak dapat lagi menggunakan cara kita sendiri untuk hidup di dunia ini. Itulah yang menjadi sebab mengapa banyak orang Kristen tidak mau diubahkan. Kita akan kehilangan tempat tengah-tengah serigala. Yang pasti, tidak ada anak domba yang memiliki status di tengah-tengah serigala.
Dengan bahasa yang sederhana, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya sangat sedikit orang Kristen yang benar-benar sudah diubahkan. Pahamilah hal ini dengan jelas. Tuhan Yesus mengatakan hal itu sendiri, bahwa hanya sedikit yang akan diselamatkan (Matius 7:14; 22:14; cf 1 Petrus 3:20).
Saya sering merenungkan hal itu dan saya mengerti sekarang. Mengapa hanya sedikit yang akan diselamatkan? Karena kebanyakan tidak mau menjadi anak domba. Jika anda menjadi seekor anak domba, anda tidak dapat bertahan hidup di dunia ini (yakni, di tengah-tengah serigala) kecuali dengan satu cara tertentu, dan hal inilah yang akan kita tangani sekarang.
Bagaimana Injil Diberitakan?
Prinsip apa yang digunakan oleh Tuhan? Ini adalah satu prinsip yang menakjubkan, akan tetapi, harga yang harus dibayar juga sangat mahal. Itulah sebabnya mengapa terdapat begitu sedikit orang Kristen yang sejati. Percayalah, terdapat hanya sedikit. Jika anda dapat menemukan seorang Kristen yang sejati, pergilah kepadanya dan minumlah air yang tak ternilai itu. Jangan membiarkan air itu berlalu, karena anda sulit untuk mencari di seluruh dunia untuk satu tempat di mana Injil diberitakan sebagaimana harusnya; Anda akan mengalami kesulitan menemukannya. Bukan karena orang tidak mau memberitakannya, tetapi entah bagaimana, Injil yang sejati telah hilang. Injil terlalu sukar untuk dimengerti.
Saya akan menutup khotbah saya dengan poin ini: bagaimana Injil harus diberitakan? Apakah sifat Injil?
Inti dari Injil adalah Yesus sendiri. Pertimbangkan bagaimana Injil diberitakan oleh Tuhan Yesus. Ketika Yesus datang ke dunia ini, Ia tidak datang sebagai raja yang mulia yang lahir di istana. Bahkan Yesus tidak mempunyai tempat yang layak untuk dilahirkan. Ia dilahirkan bukan di tempat manusia lahir, tetapi di tengah-tengah binatang. Dengan kata lain, Yesus dilahirkan dalam kelemahan.
Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya, bagaimana Ia menjalankan kehidupan-Nya? Ia berkata, "Aku tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Ku sendiri." Ia hidup dalam kelemahan yang total. Ia memilih untuk menjadi lemah. Itulah sebabnya di Yohanes 5:19, Yesus mengatakan,
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.
Dan sekali lagi di Yohanes 5:30,
Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Yesus berkata: "Aku tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Ku sendiri. Apa saja yang Ku-lihat yang dikerjakan Bapa, Aku kerjakan. Apa saja yang Ku-dengar dari Dia, itulah yang Ku-perbuat. Aku hidup hanya oleh kehendak-Nya. Aku tidak ada kekuatan dari diri-Ku sendiri. Aku tidak ada kuasa di dalam diri-Ku sendiri. Aku tidak berfungsi dari kekuatan diri-Ku sendiri. Aku tidak berarti apa-apa dan Dialah segalanya." Yesus dilahirkan dalam kelemahan dan Ia hidup dalam kelemahan.
Tahukah anda apa yang terjadi di Taman Getsemani? Apakah anda melihat Dia dalam kekuatan? Dalam keagungan? Dalam jubah imam besar yang mulia? Tidak. Yang anda lihat di Taman Getsemani adalah seseorang dengan muka-Nya sampai ke tanah, air mata tangisan membasahi muka-Nya sambil berseru, "Ya Bapa-Ku, kalau boleh, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tolonglah biarlah cawan ini lalu. Aku tidak dapat meminumnya. Aku tidak dapat." Apakah orang ini seorang pahlawan? Apakah orang ini, yang berlinangan air mata, akan menakluk dunia ini? Sangat memalukan. Ia tergeletak di atas tanah, seorang pria dewasa yang menangis. Dalam tradisi kami, sesuatu yang sangat memalukan jika seorang pria menangis. Dan di Taman Getsemani Yesus sedang menangis dengan muka-Nya sampai ke tanah.
Dalam Ibrani 5:7, kita baca:
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Apa? Menyelamatkan-Nya dari maut? Memalukan! Lihat pada prajurit-prajurit kita yang berbaris maju dengan berani menuju kematian. Pantang mundur! Mulia! "Serbu!" - dan mereka maju ke dalam medan perang. Rebah dan rubuh ke atas tanah, tanpa ratapan dan tanpa satu keluhanpun mereka mati. Orang-orang seperti inilah memang pahlawan! Itulah pria sejati. Tetapi bagaimana dengan Yesus? Sang Anak domba. Lemah! Pernahkah anda melihatnya seperti itu? Itulah kenyataannya.
"Ratap tangis dan keluhan" - gambaran bagi kelemahan yang dahsyat. Apakah Ia didengarkan karena keberanian-Nya? Tidak. Ia didengarkan karena "ketakutan-Nya". [Kata 'takut' diambil dari teks Yunani yang berarti "ketakutan, kekuatiran" secara umum, tetapi banyak sarjana teologia berpikir bahwa di sini dan di beberapa tempat yang lain dalam Perjanjian Baru, kata itu memiliki arti yang khusus, yaitu "takut akan Allah, kesalehan"] Yesus bukan seorang pahlawan, dan Ia sendiri tidak bermaksud untuk menjadi seorang pahlawan. Ia adalah Anak Domba, yang lemah dan tidak berdaya, dilahirkan dalam kelemahan dan hidup dalam kelemahan atas pilihan-Nya sendiri. Di Taman Getsemani, anda tidak dapat melihat apa-apa melainkan kelemahan. Tidak ada kekuatan yang dapat dilihat. Inginkah anda mengikut pahlawan seperti ini? Kemudian pada akhirnya, disalib, apa yang anda lihat di situ? Seorang pahlawan yang mulia tersalib tanpa mengeluh sedikitpun? Bukankah kedengaran Yesus berkata: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Tidakkah ini kedengaran seperti satu keluhan terhadap Allah? Apa yang terjadi di sini? Apakah orang-orang yang berada di sekitar salib pada waktu itu tahu bahwa Yesus sedang mengutip Mazmur 22? Apakah anda mengetahui bahwa mazmur ini, sebenarnya adalah satu seruan dari hati dalam kelemahan total, sementara masih tetap percaya hanya kepada Allah untuk pembelaan dan kemenangan pada akhirnya?
Paulus menyimpulkan semua ini dengan kata-kata ini di 2 Korintus 13:4,
Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah.
Yesus tidak pernah hidup oleh kekuatan-Nya sendiri. Ia disalibkan dalam kelemahan. Tanamkan hal ini dalam pikiran kita. Ia lemah dari awal sampai akhir, sejak dilahirkan sehingga disalibkan. Seumur hidup-Nya hanya sebagai anak domba. Tidak ada sifat serigala di dalam diri-Nya. Hanya seekor anak domba yang lemah, tetapi kuat di dalam kuasa Allah. Sangat menakjubkan bahwa di Wahyu 5:5, Yesus disebut sebagai Raja dengan satu gelar yang deskriptif, "Singa dari Suku Yehuda", sedangkan dalam ayat yang berikutnya, Ia digambarkan sebagai "Anak Domba", dan kemudian tiga kali lagi (5:8, 12, 13) di dalam fasal yang singkat ini, Ia digambarkan sebagai "Anak Domba" yang disembah oleh semua yang setia kepada Allah.
Apakah Gambaran Yesus Ini Mengecewakan Anda?
Mungkin anda berkata, "Aku tidak pernah tahu Yesus begitu lemah. Sekarang aku akanmencari pemimpin yang lebih kuat." Ini menunjukkan bahwa anda masih terbiasa dengan masyarakat serigala, masih mencari "serigala alpha" (serigala #1) untuk diikuti. Anda tidak tahu bagaimana untuk mengikut Yesus yang lemah seperti ini.
Masalahnya, saudara-saudaraku, adalah anda masih belum memahami sifat dasar dari Injil. Apakah saya membuat anda bingung? Saya pikir demikian karena anda belum pernah memahami Injil dengan cara ini. Apakah Injil itu? Injil adalah kelemahan Kristus, tetapi Injil juga adalah kekuatan Allah di dalam Kristus.
Bacalah dengan teliti sekali lagi. Terdapat banyak perikop di dalam Alkitab yang tidak dapat anda mengerti sehingga anda menangkap prinsip ini dengan jelas. Jika anda melihat 2 Korintus 12, anda dapat mempelajari rahasia bagaimana Injil berfungsi. Cara berfungsinya dapat kita lihat dalam pribadi rasul Paulus. Apakah rasul Paulus seorang karismatik yang penuh kuasa? Ia memang seorang yang sangat pintar. Tetapi menurut laporan yang ada dari jemaat mula-mula, Paulus adalah seorang yang bertubuh pendek, botak dan tidak mengesankan. Ia bukan serigala yang karismatik seperti anggapan kita, tetapi hanya satu lagi anak domba. Kalau kita membaca surat-surat Paulus, kita dapat melihat bahwa pada kenyataannya, dia memiliki pikiran yang tiada tandingannya. Tetapi jemaat di Korintus berkata bahwa ketika Paulus berada di tengah-tengah mereka ia tampak lemah (2Kor. 10:10; 1Kor. 2:3; 4:10), sehingga mereka menghinanya (2Kor. 11:5, 6, 16). Mereka berani menggertaknya, menghakiminya (1Kor. 4:3, 5). Aneh, semua kesan dan anggapan kita mengenai Paulus ternyata keliru. Dan tahukah anda, bahwa itulah yang diinginkan Paulus. Ia memilih untuk menjadi "lemah" (1 Korintus 2:1-3). Sudah pasti sifat kedagingan Jemaat Korintus sangat mendukakan hati Paulus. Meskipun demikian, ia tetap memilih untuk menjadi "hambamu karena kehendak Yesus" (2Kor. 4:5). Itulah caranya Paulus berfungsi, karena ia mengetahui satu-satunya rahasia yang tidak kita ketahui.
Apakah Sifat Dasar Dari Injil?
Saya akan membacakan untuk anda 2 Korintus 12:10,
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Jika anda tidak dapat mengingat apa-apa dari khotbah yang sudah disampaikan ini, ingatlah kata-kata ini. Inilah intisari dari Injil - "sebab jika aku lemah, maka aku kuat". Apakah anda memahami kata-kata itu? Saya pikir tidak. Bahkan saya sendiri membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memahaminya, karena pada dasarnya saya tidak lemah, dan karena itu sulit bagi saya untuk memahaminya. Tetapi saya harus memahaminya dan saya harus melakukannya, kalau tidak saya tidak dapat berfungsi dalam kuasa Allah. Dan jika saya membawa seseorang kepada Tuhan, apa yang saya lakukan adalah hanya sekedar menyakinkan serigala tersebut untuk setuju menjadi orang Kristen. Saya menyakinkan mereka dengan satu ideologi yang lebih baik, akan tetapi mereka masih tetap serigala. Mereka masih belum berubah di dalam. Mereka enggan menjadi lemah. Mereka mau tetap kuat. Mereka menginginkan satu ideologi yang lebih baik. Saya dapat memenangkan seluruh dunia dengan cara ini. Sayangnya, gereja sebenarnya telah memenangkan dunia persis dengan cara ini. Dengan cara demikian, gereja telah mengkristenkan dunia dan menghasilkan satu masyarakat serigala yang sudah dikristenkan. Gereja sudah menjadi serigala yang paling berkuasa. Gereja menjadi organisasi yang paling kaya, paling berpengaruh, dan menurut ukuran apapun, merupakan institusi yang paling terorganisir. Gereja di Amerika menguasai negara itu. Mereka dapat menggoyangkan pemerintah. Setiap Presiden Amerika harus berjaga-jaga dalam berbicara, karena gereja dapat menurunkan dia kapan saja. Kalau kita perhatikan, setiap Presiden Amerika akan mengaku sebagai orang Kristen, kalau tidak ia tidak akan pernah dapat dipilih menjadi Presiden.
Pada dasarnya dunia ini sekarang dipenuhi oleh serigala-serigala yang telah dikristenkan. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa anda akan menghadapi kesulitan menemukan Injil yang diberitakan dengan benar di mana saja di dunia ini. Kita dapat mengkristenkan seluruh dunia dengan mengatakan: "Anda boleh tetap sebagai serigala." Hanya saja bersikap lebih baik sedikitlah terhadap sesama, hanya perlu lebih bermoral sedikit, atau percaya saja pada beberapa doktrin tertentu. Percaya sajalah bahwa Yesus telah datang ke dalam dunia ini, dan Ia menjalankan satu kehidupan yang suci di dunia ini, dan bahwa Yesus telah mati untuk kita. Selama Ia yang mati untuk saya, saya tidak perlu mati. Jadi biarlah Dia yang mati dan saya yang hidup. Karena Ia telah membayar hukuman bagi dosa saya, saya dapat terus hidup dalam dosa. Sesudah itu, saya hanya perlu kembali dan melakukan pengakuan. Saya akan mendapat pengampunan dan saya dapat melanjutkan kehidupan saya. Saya merasa aman begini. Kehidupan kekristenan sangat cocok bagi saya. Saya akan melahap beberapa anak domba lagi dan hari Minggu berikutnya, saya akan bertobat dan berkata, "Bapa, (atau, Pendeta), saya minta maaf saya menelan beberapa anak domba kelmarin". "Oh ya? Kamu serigala jelek, atau kamu domba jelek (kamu tampak seperti anak domba untuk saat), pergilah dan tebuslah dosamu, dan saya akan memberikan beberapa disiplin kepada kamu. Kamu berdoa dengan berlutut selama 15 menit setiap hari selama beberapa bulan. Dan pergilah dan menjadi domba (atau apapun kamu itu) yang lebih baik."
Seperti inilah kekristenan pada masa kini. Jadi minggu yang berikutnya, anda menelan seekor anak domba yang lain dan anda berkata, "Bapa Pendeta, saya menyesal, saya agak lapar. Saya masih belum belajar makan rumput. Saya membutuhkan sedikit waktu lagi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan diet. Saya sudah berusaha untuk memakan rumput, tetapi tidak terlalu cocok dengan pencernaan saya."
Rahasia Kehidupan Kristen: Kuasa Melalui Kelemahan
Kita tidak tahu bahwa rahasia kehidupan Kristen adalah kuasa melalui kelemahan - kuasaAllah melalui kelemahan kita. "Jika aku lemah, maka aku kuat." Saya tidak tahu apakah saya berhasil menyampaikan pesan ini kepada anda. Saya hampir tidak mau mengkhotbahkannya karena saya tahu betapa sulitnya untuk dimengerti. Saya curiga setelah anda keluar dari tempat ini hari ini, anda akan berkata, "Saya tidak tahu harus berbuat apa dengan khotbah itu. Saya tidak dapat mengubah diet saya. Saya suka makan daging domba. Saya masih belum bisa makan rumput, masih belum terbiasa hanya makan sayuran." Dan anda dengan senang hati tetap menyebut diri sebagai orang Kristen sekalipun dengan sifat serigala di dalam. Dan pada Hari itu, saat anda bertemu dengan Tuhan Yesus, anda akan malu sekali.
Anda akan berhadapan dengan Anak Domba, dan Ia akan menatap anda dan berkata, "Mengapa kamu ada di sini?"
"Aku orang Kristen, dan aku memanggil Engkau 'Tuhan'", anda menjawab.
"Kamu bukan milik-Ku karena kamu mempunyai sifat yang berbeda. Kamu seekor serigala."
"Aku sekali-sekali makan rumput, Tuhan," anda membela diri.
Itu tidak cukup untuk membuat perbedaan.
Kita akan tutup khotbah ini sebentar lagi. Kita harus mengerti rahasia ini. Seluruh kehidupan kekristenan, sama seperti Tuhan Yesus sendiri, diawali dalam kelemahan dan ditempuh dalam kelemahan. Anda harus mengaku bahwa anda adalah seorang yang berdosa dan bertobat dari dosa-dosa anda. Adakah hal yang lebih lemah dan lebih memalukan dari pada menjadi seorang berdosa yang merendahkan diri, merangkak di atas lutut dan bertobat? Sebelumnya, anda berdiri tegak, tetapi saat ini anda merendahkan diri di atas lutut dalam kelemahan untuk menyatakan pertobatan. Dalam baptisan, seseorang mengangkat anda dan membenamkan anda ke dalam air, basah, dan air menetes di semua tempat. Bukankah ini satu penghinaan? Jika seseorang berbuat seperti itu kepada saya sewaktu saya masih non-Kristen, saya akan meninju matanya. Tetapi di sini anda menundukkan diri kepada seseorang yang memegang leher anda dan membenamkan anda ke dalam air. Apakah ini bukan kelemahan?
Pertobatan merupakan suatu ekspresi kelemahan yang paling sempurna. Jika tidak ada ekspresi kelemahan, maka tidak ada pertobatan. Sebelumnya, mungkin orang lain memandang kepada anda untuk mendapatkan belas kasihan. Andalah yang membagikan belas kasihan, kalau tidak anda menancapkan gigi yang runcing pada mereka. Tetapi sekarang, anda harus pergi kepada orang-orang yang anda sakiti dan meminta belas kasihan, dengan kata-kata, "Tolong ampunilah aku."
Tetapi bagaimana selanjutnya? Apakah anda dapat melanjutkan dalam kelemahan? Seringkali tidak. Anda masih belum melihat banyak perubahan terjadi dalam hidup anda. Anda masih orang yang sama seperti dulu. Anda masih berpikir dengan cara yang sama dan bertingkah laku dengan cara yang sama. Tujuan anda menjadi orang Kristen adalah untuk menjadi kuat. Tidakkah Yesus sendiri berkata Ia akan memberikan kehidupan yang berkelimpahan dan damai sejahtera dan sukacita? Bukankah damai dan sukacita kekuatan? Di mana lagi saya harus berubah?
Hal ini juga merupakan salah satu misteri kepada saya: saya sering melihat banyak orang berada di gereja selama bertahun-tahun dan saya tidak melihat adanya perubahan pada diri mereka. Jika anda masih belum menjadi samasekali lemah, anda tidak akan pernah mengalami kuasa-Nya. Pengalaman pertama saya dengan Allah merupakan juga saat dimana saya menjadi lemah untuk pertama kalinya. Pada saat itulah saya merendahkan diri secara total di hadapan Allah, rela menyembah-Nya di dalam debu, rela menjadi tidak berarti di hadapan-Nya, dan saat itulah Ia menyatakan hadirat-Nya kepada saya. Itulah sebabnya saya menjadi seorang Kristen sampai saat ini, karena Tuhan menunjukkan kemuliaan-Nya dan keagungan-Nya kepada saya. Sejak saat itu, saya tidak pernah mau berbalik lagi. Setiap kali saya menjadi lemah dan rela merendahkan diri di hadapan-Nya, Ia terus-menerus menyatakan diri-Nya kepada saya. Saya sudah membagikan di dalam kesaksian saya keajaiban demi keajaiban yang saya alami ketika Ia memelihara saya di dalam kelemahan, seperti kekurangan makanan. Demikianlah caranya Tuhan membuat saya menjadi lemah supaya saya dapat mengalami-Nya setiap saat.
Itulah sebabnya mengapa Paulus berkata, "Aku akan bermegah di dalam kelemahan," karena justru dengan cara itulah, ia mendapat pengalaman dengan Allah. Anda terlalu kaya. Anda terlalu kuat. Anda memiliki kedudukan yang tinggi. Itulah sebabnya anda tidak mendapat pengalaman dengan Allah. Saya dapat menjamin hal ini: jika anda kaya, anda tidak akan mengalami dimana Allah mencukupi dan menyediakan segala kebutuhan anda. Anda tidak membutuhkan Dia untuk memelihara anda. Jika anda mempunyai kedudukan yang tinggi, anda merasa puas dengan diri sendiri. Sebagai seorang yang puas dengan diri sendiri, apakah anda akan membutuhkan Allah? Saya jamin tidak. Anda mungkin berkomat-kamit menyaksikan sedikit pengalaman dengan Tuhan di sana-sini, tetapi anda pribadi tahu bahwa semua itu bukan pengalaman yang mendalam. Jika anda ingin mempunyai pengalaman Allah dengan cara yang lebih mendalam, anda harus turun ke dalam kelemahan.
Turun Ke Dalam Kelemahan
"Jika aku lemah, maka aku kuat." Mengapa? Karena dalam beberapa ayat sebelumnya, Tuhan berkata kepada Paulus: "dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Tuhan tidak pernah gagal. Setiap kali anda menjadi benar-benar lemah, menjadi anak domba, dan merendahkan diri ke dalam debu, Allah akan menyatakankan kekuatan dan kemuliaan-Nya. Anda dapat mencobanya. Jika prinsip ini tidak berhasil, maka Alkitab tidak menyatakan kebenaran. Jika Alkitab tidak menyatakan kebenaran, maka lebih baik jangan menjadi orang Kristen. Jangan pernah datang ke gereja lagi, karena semua ini omong kosong. Apakah Injil itu benar atau tidak? Ini adalah persoalan yang berkaitan dengan kekuatan Allah yang menjadi nyata melalui kelemahan kita. Persoalan ini adalah persoalan hidup atau mati. Janganlah bermain-main dengan Injil. Saya tidak mempunyai waktu untuk hal yang dangkal. Apakah Allah nyata atau kita sedang menyia-yiakan waktu kita dengan khotbah ini? Itulah kenyataannya.
Sebagai kesimpulan, kita telah menyimpulkan tiga poin yang berhubungan dengan Injil.
1. Diselamatkan - kita telah diselamatkan dan keselamatan berarti perubahan (transformasi).
2. Diutus - kita diutus sebagai anak-anak domba ke tengah-tengah serigala. Hal ini tersendiri adalah satu keajaiban, karena di dalam kelemahan anak domba, kuasa Allah dinyatakan. Anak domba akan mengalahkan serigala oleh kuasa Allah (Roma 12:21; 1 Yohanes 5:4).
3. Kekuatan - pengalaman yang terus-menerus hidup di dalam kekuatan Allah sementara kita menerima dengan senang hati kelemahan kita. Dengan cara demikian kita mengalami kenyataan Allah setiap hari. Itulah caranya kita dapat menjadi seorang Kristen yang dinamis: seekor anak domba yang dapat mengalahkan serigala-serigala. Seluruh dunia akan melihat dan menjadi heran. Anak domba yang menaklukkan seluruh dunia dengan kuasa Allah (Yohanes 16:33). Anak domba Allah mengalahkan segala sesuatu (Wahyu 17:14).