Martina berkenalan dan menjalin hubungan dengan seorang pria. Namun hubungan mereka tidak sama seperti harapannya. Banyak tantangan. Teman-temannya tidak setuju bila ia dan pria itu menjalin hubungan, karena menurut teman-temannya, pia itu bukanlah pria yang baik. Ia suka berkelahi dan suka menonton film porno. Bahkan salah satu temannya pernah melihat pria ini bermesraan dengan wanita lain.
Namun karena cinta sudah berbicara, maka Martina tetap mencintai sang pujaan hati. Ia tetap percaya pada kekasihnya. Ia merasa takut bila sampai ditinggal. Hubungan mereka semakin lama semakin serius. martina pun mulai dikenalkan pada keluarganya. Ia merasa senang karena ia akan menjalani impiannya yaitu menikah.
Saat itu dunia serasa milik berdua. Sampai pada akhirnya dengan alasan cinta, sang kekasih membujuk Martina untuk melakukan hubungan suami-istri. Karena tidak ingin ditinggalkan oleh sang kekasih, maka Martina pun mengiyakan. Hubungan itu mereka lakukan berkali-kali. Sampai suatu saat, Martina hamil.
Ia marah dengan dirinya sendiri. ia juga marah terhadap kekasihnya. Kekasihnya kaget dan tidak mengira bahwa hal ini akan terjadi. Martina takut dibicarakan dan dijauhi orang dan keluarga. Perasaan Martina ingin menggugurkan kandungannya karena tidak siap menerima kenyataan. Ia akhirnya memutuskan untuk aborsi. Kekasihnya pun menyetujui dan membantunya. Berkali-kali hal ini dilakukan tetapi tidak berhasil.
Pada saat usia kandungannya 6 bulan, ia mendapati kekasihnya bermesraan dengan wanita lain. ia marah dan kecewa terhadap kekasihnya. Namun kekasihnya tidak menggubrisnya. Bahkan kekasihnya lebih memilih wanita lain dan meninggalkan dirinya.
Lalu ia pergi kerumah orangtua kekasihnya untuk mengadukan hal ini. namun tidak juga sesuai dengan yang ia harapkan. Hanya pil pahit yang harus ditelannya. Orangtua kekasihnya merasa sangat kecewa karena mereka tidak menjaga kepercayan yang telah diberikan. Bukannya membela malah menolaknya.
Rasa benci mulai bertumbuh dihati Martina. Ia sangat kecewa terhadap perlakuan kekasih dan orangtua kekasihnya. Hingga suatu hari, ia berniat untuk membunuh kekasihnya. Rasa dendam dan marah bercampur menjadi satu. Bila kekasihnya tidak ingin menikah dengannya, maka tidak boleh ada yang menikah dengannya. Entah kekuatan darimana, akhirnya Martina mampu mengontrol emosinya dan tidak jadi menikam kekasihnya.
Percobaan untuk membunuh diri dan bayinya harus kandas lagi. Lalu ia menghadiri suatu kebaktian dengan temannya. Dan ia berkata pada temannya, kalau hari ini Tuhan itu ada, kalau Tuhan mau pakai ia lagi. Maka hamba Tuhan harus berbicara seperti yang saya katakan. Ketika ia selesai berbicara, ternyata hamba Tuhan itu berbicara sama persis seperti yang ia ucapkan.
Martina hancur hati. Ia maju kedepan untuk didoakan. Ketika didoakan ia merasa beban yang ia tanggung selama ini, ia merasa bebas. Ia mulai bisa mengampuni kekasihnya, keluaganya dan wanita lain itu. ia merasa sukacita kembali dan dapat menerima kebenaran.
Saat ini, Martina kembali melayani Tuhan. ia merasakan sukacita yang besar bersama anak yang dicintainya. Sampai hari ini ia bisa terima dengan keadaannya memiliki anak tanpa suami. Ia terbuka terhadap keluarga. Martina yang merasa dulunya sampah dan tidak ada apa-apanya, sekarang diangkat dan dibersihkan oleh darah Yesus. Tuhan pulihkan, memberik kekuatan untuk mengampuni dan ini semua karena karya Tuhan Yesus. (Kisah ini ditayangkan 25 Oktober 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber kesaksian :
Martina
http://www.jawaban.com/index.php/spiritual/detail/id/9/news/090825103204/limit/0/Pengkhianatan-Cinta-Sejati.html