SUNDAY, 06 MARCH 2011
Meskipun saya sedang tidak dalam suatu hubungan saat itu, saya langsung menyadari bahwa menjalani hubungan lesbian tidak sejalan dengan menjadi pengikut Kristus. Saya menanyakan seorang wanita Kristen untuk menunjukkan ayat Alkitab yang merujuk pada hal ini. Apa yang saya baca di dalam Alkitab hanya memperkuat tekad saya. Hal ini sangat mudah pada awalnya, saya begitu jatuh cinta dengan Tuhan dan tidak menginginkan yang lain.
Namun, sekitar sembilan bulan setelah menjadi orang Kristen, saya bertemu dengan seorang gadis yang dibesarkan dalam keluarga Kristen namun keluarganya telah menjauh dari Allah. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana seseorang dapat melakukan hal itu dan saya sangat ingin membantunya. Niat saya murni, namun tekad saya untuk tetap murni pudar dalam waktu singkat, dan kami terjalin hubungan fisik. Saya tahu bahwa tindakan kami salah, namun saya pikir ini adalah ‘kesempatan terakhir’ sebelum saya benar-benar mennjalani kehidupan selibat.
Setelah tiga bulan, ia berkata padaku, “Lihat, kamu tidak bisa menjadi orang Kristen sekaligus menjadi gay. Alkitab berkata kamu harus panas atau dingin, tetapi jangan suam-suam kuku.” Dia mengutip Alkitab untuk saya! Dengan itu, ia mengakhiri hubungan kami.
Saya mengangkat tangan saya dan berkata, “Baik, Tuhan! Saya tidak ingin hidup seperti ini. Tolong ambil ini dari saya.” Dalam banyak cara, IA melakukannya. Daya tarik saya kepada wanita sangat jauh berkurang, namun lingkungan yang menarik saya ke arah hubungan sejenis tidak berubah. Saya cukup bijak untuk mengetahui meskipun saya telah menyerahkan seluruh hasrat lesbian saya kepada Tuhan, tidak berarti jalan yang akan saya lalui dengan sendirinya akan diaspal dengan emas.