Wednesday, February 23, 2011

Hati-hati Jatuh

Ayat bacaan: 1 Korintus 10:12
==========================
"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"

Betapa seringnya kita melihat tokoh-tokoh terkenal yang kemudian hancur ketika sedang berada di puncak ketenaran. Ada banyak di antara mereka yang tadinya orang baik-baik, orang yang takut akan Tuhan, tetapi ketika ketenaran mulai ada dalam diri mereka, mereka pun terjebak pada berbagai jerat dosa yang akhirnya menghancurkan karir mereka seketika. Seringkali kehancuran ini begitu parah sehingga mereka sulit untuk mengembalikan popularitas mereka ke titik semula. Berbagai bentuk godaan dunia biasanya akan sulit ditolak ketika kita merasa berada di puncak, ketika kita terlena dalam kesuksesan, ketika kita merasa kuat. Skandal seks, korupsi, kesombongan, ketamakan dan sebagainya sering membuat para tokoh terkenal kemudian jatuh. Betapa ironisnya, mengingat banyak di antara mereka yang telah membangun dengan susah payah selama bertahun-tahun.

Mempertahankan jauh lebih sulit daripada memulai. Itu harus selalu kita ingat. Karena di saat kesuksesan hadir dalam diri kita, ada banyak faktor yang siap membuat kita lupa diri. Ini adalah sesuatu yang akan sangat jarang menerpa ketika kita sedang merintis sesuatu. Membangun sesuatu, atau merintis sesuatu itu tidak mudah, tetapi mempertahankan itu jauh lebih sulit lagi. Paulus dengan tegas mengatakan hal ini. "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Ketika kita merasa kuat, ketika kita merasa sukses, di saat seperti itulah kita harus waspada lebih dari sebelumnya. Di saat kita mengira kita sudah teguh berdiri, ketika kita berada di puncak karir atau popularitas dan sebagainya, itulah sebenarnya yang merupakan masa paling rawan bagi kita untuk jatuh.

Penundukan Diri

Ayat bacaan: Lukas 2:51
=======================
"Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya."

Sudah berbuat yang terbaik, hasil yang dicapai pun baik, tetapi mengapa saya tetap dipecat? Itu pertanyaan seseorang yang saya kenal yang baru saja dipecat dari pekerjaannya. Usut punya usut, ternyata ia dianggap gagal dalam satu hal, yaitu masalah penundukan diri. Karena merasa bahwa posisinya penting dan catatan prestasinya baik, ia sering mengambil keputusan-keputusan seenaknya tanpa dibicarakan dengan atasan maupun rekan-rekan sekerjanya.Ia kerap mengabaikan hasil keputusan rapat dan mengambil langkah yang ia anggap baik. Secara prestasi ia memang mengagumkan, tapi dari sisi teamwork ia ternyata gagal. Adalah sangat baik apabila kita bekerja dengan maksimal tetapi jangan lupakan pula masalah penundukan diri. Ada banyak orang yang gagal untuk menguasai dirinya agar bisa tunduk baik terhadap peraturan maupun kepada atasan, dan hal ini cepat atau lambat bisa menghambat kemajuan kita.

Sebuah keteladanan mengenai penundukan diri bisa kita lihat dari pribadi Yesus ketika masih kecil. Pada suatu kali di usia 12 tahun Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah bersama kedua orang tuanya. Setelah perayaan usai, di tengah perjalanan Maria dan Yusuf baru sadar bahwa ternyata Yesus tidak berada bersama mereka. Mereka pun segera kembali ke Yerusalem untuk mencari Yesus. Saya bisa membayangkan betapa cemasnya orang tua yang kehilangan anaknya di tempat ramai seperti itu. Dan perjalanan kembali untuk mencari itu pun makan waktu yang tidak singkat. Alkitab mencatat bahwa tiga hari kemudian barulah mereka berhasil menemukan Yesus. Dimana? Di dalam Bait Allah. "Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka." (Lukas 2:46). Kecerdasan Yesus dalam menjawab para alim ulama itu sungguh mencengangkan mereka, termasuk pula Maria dan Yusuf. Seperti orang tua pada umumnya, tentu saat itu Maria dan Yusuf diliputi perasaan campur aduk, antara lega dan marah. Mereka pun menegur Yesus karena menghilang diam-diam seperti itu. Dan lihatlah, meski dalam Alkitab tercatat bahwa Yesus sempat mengatakan bahwa memang disanalah Dia harus berada, di dalam rumah Bapa (ay 49), tetapi Yesus mengambil keputusan untuk taat dan tunduk kepada orang tuanya di dunia ini. Ayat selanjutnya menggambarkan hal tersebut. "Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya." (ay 51). Yesus memutuskan untuk taat mengikuti permintaan keuda orang tuaNya. Ia pulang ke Nazaret mengikuti mereka dan tetap hidup dalam asuhan mereka. Yesus tahu benar bahwa penundukan diri adalah hal yang pertama sekali harus dilakukan sebelum menerima sebuah otoritas.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...