Friday, September 18, 2009

Membereskan Sakit Hati


Written by Hendra Kasenda Monday, 14 September 2009 06:30

Tidak selamanya gelap itu ada suatu saat akan terbit mentari yang menghapuskan kegelapan. Sakit hati, ditinggalkan, disakiti, didiskriminasi, dicampakkan, dikhianati, dll merupakan penyebab kesedihan yang dalam. Dalam beberapa kasus hal ini membuat orang mengalami stress yang berkepanjangan bahkan menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Untuk menghindari hal demikian diperlukan tindakan membereskan sakit hati sehingga membawa kehidupan masa depan yang penuh harapan.

1. Akui Anda sakit hati
Tindakan mengakui keadaan bahwa anda sakit hati adalah sikap tepat. JIka anda tidak mengakuinya maka tidak akan ada kesembuhan. Tapi jika anda mengakuinya maka akan mudah menemukan jalan keluarnya.

2. Minta Tuhan ampuni
Setelah anda jujur mengakui bahwa anda sakit hati, diperlukan Tuhan untuk menangani kondisi anda. Minta ampunlah pada Tuhan untuk semua dosa anda dimasa lalu dengan pasangan anda, akuilah itu dan minta disucikan dengan darah Yesus, lalu usirlah semua roh jahat penyebab dosa dan minta Tuhan membereskan sakit hati anda.

3. Memberkati orang yang menyakiti
Ini tindakan yang Yesus ajarkan untuk memberkati orang yang menyakiti. Hal ini berat namun mau tidak mau harus dilakukan supaya anda pulih. Berkat yang anda mintakan untuk orang itu akan juga menimpa anda.

4. Kuburkanlah masa lalu
Akan muncul perasaan-perasaan kehilangan, perasaan-perasaan cinta, memori-memori masa lalu yang indah, namun itu akan terus membuat anda sakit hati. Kuburkanlah itu, dan ketika dia muncul dibenak anda, segeralah diusir dalam nama Yesus, karena itu adalah godaan untuk menjerat anda agar kembali sakit hati. Anda harus melawan semua godaan kembali ke Mesir dan nikmati kehidupan baru yang Tuhan sudah siapkan

5. Menangislah keras-keras
Dalam proses mengakui sakit hati, meminta pengampunan, memberkati dan menguburkan masa lalu pasti anda akan sedih. Tidak mengapa kok menangislah keras-keras. Bahkan mungkin anda akan menangis selama seminggu penuh, tidak masalah. Lakukanlah. Tapi setelah itu bangkit kembali. Lihatlah masa depan yang luas yang masih harus anda jalani. Lihat lah sekeliling anda masih ada peluang baru, orang baru, kesempatan baru yang terbuka yang menanti anda untuk terlibat di dalamnya.

6. Melangkah keluar dari masa lalu
Jika memungkinkan kunjungilah tempat-tempat indah anda dan katakanlah dalam nama Yesus aku menguburkan masa laluku dengan dia disini. Ini mungkin harus dengan tertatih tatih anda lakukan bahkan dengan airmata, tapi tidak masalah ini akan menyembuhkan anda dengan segera. Ambillah batu dan buanglah ke air atau ambillah pasir dan benamkan batu itu sebagai lambang anda menguburkan masa lalu anda. Setelah itu tinggalkanlah tempat itu, beralihlah ke tempat lain. Lakukan hal yang sama, kuburkan masa lalu. Lalu kembali lah pulang dan minta air ROH KUDUS membasuh anda, membersihkan anda dan memulihkan anda.

7. Minta Tuhan pulihkan
Tuhan adalah Allah setia, Dia akan sanggup untuk memulihkan anda. Pemulihan akan segera terjadi ketika anda datang kepadaNYA, Dia akan memberikan anda kelegaan karena untuk itulah Dia datang ke dalam dunia yakni melayani mereka yang sakit hati untuk memberikan kepada mereka baju pesta ganti kain kabung.

8. Memulai hidup baru
Mulailah jalani hidup baru, kebiasaan baru, bertemanlah dengan orang-orang baru, jalanilah kehidupan baru. Aktiflah dalam kegiatan social kemasyarakatan, berjalan lah bersama sobat terdekat, berolahragalah, ikutlah ibadad di gereja, hadirilah komsel, buat hobi baru, mulai menulis, bekerjalah dengan semangat baru, peliharalah rasa optimis dan andalkan Tuhan selalu. Kini anda adalah manusia baru. Tidak lah perlu menangisi masa lalu lagi melainkan tersenyumlah akan perubahan yang sudah terjadi. Karena setiap perubahan pasti membawa angin segar bagi anda, yakni angin kesuksesan dan kebahagiaan yang lebih besar lagi dibanding masa lalu. Selamat menjalaninya. *


http://www.terangdunia.com/article/motivation/796-membereskan-sakit-hati.html

DISCIPLES - EVERY MAN'S STRUGGLE

Sunday, September 6, 2009

Iblis 1001 wajah


GF! iseng-iseng bikin survey kecil-kecilan. Pertanyaannya: ‘Apa sih yang kepikiran sama kamu kalau denger kata okultisme?’ Ternyata jawabannya (dari yang paling banyak):a. Kuasa gelapb. Iblis, setan, hantuc. Dukun, sihird. Gereja setane. Harry Potterf. Gak tau

Occult artinya tersembunyi. Kalo maen petak umpet, maka gampang banget nyari tempat persembunyian iblis, yakni dalam okultisme. Bentuk okultisme sangat macem-macem dan sangat tergantung budaya, tempat yang bersangkutan dan agama. Okultisme dipake sama setan agar manusia sadar ataupun nggak sadar jadi pelayan atau dilayani oleh si setan.

Tujuannya agar manusia jauh dari Tuhan. Caranya dengan ‘memenuhi’ tiga keinginan manusia dari sejak jaman Hawa: keinginan buat bertahan hidup (tidak akan mati), keinginan untuk tau (mata terbuka), dan keinginan buat berkuasa (menyamai Tuhan). “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." (Kejadian 3:4-5).

SEMBUNYI DALAM BUDAYA

Okultisme udah jadi budaya. Apalagi di Indonesia. Dari sejak manusia masih ‘belum ada’ sampe ‘mati’ semua dipengaruhi okultisme. Liat aja contohnya:


1. Waktu baru nikah, dukun ngasih jampi biar malam pertama langsung tokcer


2. Waktu mengandung, nyokap minum air jampi biar jabang bayi selamat


3. Waktu lahir, diadain upacara selametan, dimandiin air kembang, bubur putih bubur merah en dinamain sesuai anjuran dukun


4. Waktu kecil, digantungi jimat biar pinter en sehat


5. Waktu sakit-sakitan, dikasih mantra


6. Waktu remaja dikasih ilmu pelet biar dapet jodoh


7. Waktu nyari pekerjaan pake susuk8. Waktu menikah nyari hari baik sesuai adat. Waktu mati dibekali upacara khusus buat nganter ke ‘surga’

Beli rumah, pake tumbal. Biar kaya, pelihara tuyul. Mau bikin acara, manggil pawang hujan. Toko sepi, pake jimat. Keluar penjara, mandi di laut buang sial. Sakit gigi, manggil dukun. Sakit hati, santet. Belum lagi maen jaelangkung, doa di depan mayat, nanya ke peramal, dan sebagainya.

NGOBROL SAMA ARWAH

Ada lagi yang namanya Spiritisme, okultisme yang didasarkan sama keyakinan kalo kita bisa berhubungan dengan orang yang udah mati. Sering terjadi lewat media cenayang/dukun, ouija board, jaelangkung, mengunjungi kuburan, atau bicara sama yang kerasukan.

Tuhan melarang kita berhubungan dengan arwah. “Bahkan, ia...menghubungi para pemanggil arwah... sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya.” (2 Tawarikh 33:6). “Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu.” (Imamat 19:31). Masih belum puas? Kita bisa baca Imamat 20:6, Ulangan 18:11, Yesaya 8:19.

Bisakah berhubungan dengan orang yang sudah mati? Nggak bisa. Kita bisa belajar dari cerita Lazarus, Abraham dan si orang kaya di Lukas 16:19-31. Kasus pemanggilan roh arwah Samuel di kitab 1 Samuel 28:11-15 itu pun bukan roh Samuel asli tapi iblis yang menyamar. Soalnya yang bilang bahwa itu roh Samuel adalah Saul padahal Saul nggak bisa melihatnya (alias hanya menerka), yang melihat langsung hanya si dukun dan dia nggak bilang itu Samuel, tapi hanya bilang orang berselubung jubah.

DISURUH DOA BUAT ORANG MATI

Boleh nggak kita berdoa buat orang yang sudah mati biar ‘diterima di sisiNya’? Jawabannya: udah telat! Gak usah mikirin yang udah mati, pikirin yang masih hidup agar kalo mati bisa ‘diterima di sisiNya’ en gak mati sia-sia, kabarkan KerajaanNya! Yesus pernah bilang "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." (Lukas 9:60).

Tapi aku disuruh sama bokap nyokap buat doa di depan mendiang kakek biar dia masuk surga. Saya sih nurut aja, kan kita harus menghormati ortu kita.”. Ini jawaban Petrus dan para rasul: “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kisah 5:29).

Tanyakan pada diri sendiri, apa kata Tuhan tentang hal tersebut? Apakah Tuhan memperbolehkan kita berdoa buat orang mati? Kita harus lebih mentaati Tuhan daripada ortu. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Matius 10:37-38 ). Lagipula kita harus menghormati ortu dengan caranya Tuhan kayak yang dibilang di Efesus: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, ...” (Efesus 6:1-2).

Ya, memang pada prakteknya nggak semudah itu. Langkah yang harus kita ambil buat menghadapi ortu yang belum dalam Tuhan adalah dengan meminta hikmat dari Tuhan. Bicaralah dan komunikasikan prinsip yang kita pegang pada mereka dengan kasih dari Tuhan.

Tapi yang penting adalah, gaya hidup kita yang menyembah Tuhan dengan benar dan menjadi saksi hidup sejak dari sekarang. Jadi anak yang baik, senang membantu ortu, rajin, selalu hormat pada mereka, nggak terlibat masalah kenakalan remaja, punya prestasi sesuai kemampuan, bertingkahlaku sopan, mengembangkan kebiasaan baik. Lakukan itu dan ortu yang belum kenal Tuhan suatu saat akan melihatnya dan ikut memuliakan Tuhan. Jadi jika suatu hari kita ngobrol tentang prinsip hidup kita, ortu kita akan mudah mengerti dan nggak keberatan. Jangan cuma tiba-tiba bilang: “Mama papa! Saya nggak mau berdoa di depan mayat kakek! Itu dosa!!” sementara hidup kita penuh dengan dosa! (**)

Menanggalkan Diri Sendiri



Satu-satunya tugasmu adalah memikul kelemahan-kelemahan dari tubuh dan pikiranmu. Dalam kelemahanlah, engkau justru kuat. Engkau hanya akan kuat di dalam Tuhan bila engkau lemah di dalam dirimu sendiri. Kelemahanmu akan menjadi kekuatanmu bila engkau menerimanya dengan hati yang terbuka.

Engkau akan dicobai bahwa menerima kelemahan dengan hati yang terbuka bukanlah sebuah sikap yang mempercayai Allah. Kepercayaan umum adalah, untuk mempercayai Allah, engkau memberikan seluruh hidupmu kepada-Nya karena engkau sangat mengasihi-Nya. Pengorbanan heroik dianggap sebagai contoh terbaik dari mempercayai Allah. Untuk mempercayai Allah dengan sungguh-sungguh tidaklah serumit yang kau bayangkan.

Mempercayai Allah sama seperti bayi yang berbaring di dalam dekapan ibunya, dengan sederhana engkau berbaring di dalam kasih Tuhan. Kepercayaan sejati berarti engkau harus menanggalkan dirimu sendiri hingga engkau sendiri tidak menyadari bahwa engkau telah melakukannya. Kedengaran mustahil, bukankah begitu? Tetapi satu hal hendak saya sampaikan, engkau akan menemukan kepercayaan pada dirimu sendiri, hanya jika engkau telah menyadari, bahwa engkau telah mempercayai Allah dengan sungguh-sungguh.

Inti dari mempercayai Allah bukanlah melakukan hal-hal yang besar yang kau rasa baik untuk dilakukan, tetapi tetap mempercayai Allah ketika engkau berada dalam kelemahanmu yang terdalam. Inilah cara untuk mengetahui apakah engkau masih mempercayai Allah dengan alasan tertentu atau tidak – engkau tidak akan mempermasalahkan lagi masalah-masalahmu, atau engkau masih merasa tidak tenang.

Filipi 4:13

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Kolose 3:9

Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

Diterjemahkan dari buku:The Seeking Heart by Fenelon


Oleh: UnitedFool.com

Sumber: http://www.unitedfool.com/2009/09/06/menanggalkan-diri-sendiri/

Pastor Naik Haji



Seorang pastor dan seorang haji bersahabat. Pada suatu hari mereka pergi bersama ke suatu tempat. Dalam perjalanannya mereka harus menyeberang sebuah sungai. Karena pastor itu tidak bisa berenang maka ia minta haji itu menggendongnya. Ketika sedang menyeberang, pastor itu berkata, “Nah, ini baru ceritanya ada pastor naik haji.”



Ketika mereka dalam perjalanan pulang, mereka harus menyeberangi sungai itu lagi. Seperti sebelumnya, pastor itu meminta digendong oleh haji sahabatnya itu. Di tengah sungai haji itu melepaskan gendongannya dan pastor itu tercebur ke sungai. Haji itu berkata, “Nah, ini baru ceritanya ada haji membaptis pastor.”

Sumber: http://www.unitedfool.com/2009/03/19/pastor-naik-haji/

Wednesday, June 17, 2009

Domba Di Tengah Serigala

(asal sumber tidak di ketahui)

Matius 10:16

Nats Alkitab yang baru kita baca ini oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) ditaruh pada bagian perikop yang baru namun lembaga Alkitab lain, yaitu New International Version (NIV), menaruh nats ini pada perikop sebelumnya. Hal ini menunjukkan kalau nats ini merupakan ayat jembatan sehingga bisa diletakkan di perikop baru atau perikop sebelumnya. Kita telah memahami kalau Tuhan Yesus memilih sendiri para murid dan memberikan jabatan rasul pada mereka maka hal itu janganlah menjadikan kita sombong karena merasa diri eksklusif. Ingat, kalau kita dipilih menjadi murid Tuhan maka itu merupakan suatu anugerah, sebab sesungguhnya kita tidaklah layak, memang siapakah kita manusia berdosa yang bodoh ini sehingga Tuhan berkenan memakai kita untuk turut ambil bagian dalam kerajaan-Nya? Biarlah dengan rendah hati kita tetap melayani Dia. Seorang yang mempunyai kedudukan tinggi sebagai rasul bukan berarti boleh bersantai ria dan tidak bekerja. Tidak! Tuhan Yesus langsung mengutus mereka untuk pergi karena kita telah memperolehnya dengan cuma-cuma maka kita pun harus memberi. Perhatikan, dalam hal ini cara Tuhan Yesus berbeda dengan dunia.

Dalam pengutusan itu, Tuhan tidak mengijinkan para murid membawa emas atau perak atau tembaga bahkan bekal, baju ataupun tongkat. Jabatan rasul justru tidak menjadikan mereka istimewa. Tuhan Yesus ingin mendidik mereka untuk selalu bersandar pada-Nya. Sangatlah disayangkan, hari ini banyak orang Kristen yang tidak mau dididik, orang menganggap didikan Tuhan yang keras itu justru sebagai hukuman. Banyak orang Kristen tidak mau hidupnya dilatih dengan keras oleh Tuhan maka tidaklah heran kalau pelayanan menjadi tempat bagi orang untuk memenuhi keegoisan dirinya; orang hanya mau melayani kalau ada jabatan atau kalau ada keuntungan saja. Salah! Didikan Tuhan itu justru karena Tuhan sayang, bagaimana mungkin buah zaitun dapat menghasilkan minyak kalau tidak diperas? Begitu pula dengan emas haruslah dipanaskan terlebih dahulu barulah nampak kemurniannya. Konsep ini telah disadari oleh Socrates sejak ribuan tahun lalu, hidup yang tidak teruji tidak layak untuk dihidupi. Tuhan ingin setiap kita memahami hal ini dengan demikian kita siap dipakai oleh Tuhan menjadi murid-Nya karena posisi seorang murid disini sangatlah sulit, yaitu seperti domba di tengah-tengah serigala.

1. Domba atau Serigala

Tuhan ingin kita tetap menjadi seekor domba meski ada di tengah-tengah serigala. Pertanyaannya adalah kita termasuk serigala atau domba? Biarlah hal ini menjadi evaluasi bagi diri kita, kita harus memilih salah satu diantaranya, tidak ada pilihan ketiga. Serigala dan domba ini mempunyai karakter yang berlawanan. Sifat manusia berdosa di tengah dunia ini layaknya seperti serigala yang licik dan Tuhan memilih kita seorang manusia berdosa diantara manusia berdosa lainnya untuk dipakai menjadi anak-Nya. Memang, dulu kita adalah manusia berdosa, kita adalah serigala tetapi ketika Tuhan pilih kita menjadi anak-Nya maka kita bukan direparasi tetapi kita dicipta baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2Kor. 5:17). Serigala bukan domba dan domba bukan serigala maka tidaklah mungkin serigala berlaku seperti domba atau sebaliknya. Namun realita menunjukkan dunia ini sudah seperti serigala; pada hakekatnya manusia adalah serigala terhadap sesamanya. Maka tidaklah heran kalau konsep utilitarianisme berkembang pesat saat ini karena ajarannya mempunyai kesamaan sifat dengan manusia berdosa, yaitu semangat serigala, wolf spirit.

Konsep utilitarianisme ini pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham namun mendapat tentangan dari banyak pihak sehingga konsep ini tidak sempat berkembang. Teori ini dimunculkan kembali oleh James Mill; ia mendidik anaknya sedemikian rupa untuk menjadi seorang utilitarian sejati maka tidaklah heran kalau anaknya, John Stuart Mill menjadi tokoh utilitarian yang kita kenal sekarang. Utilitarianisme mengajarkan bahwa hidup di dunia, orang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu memanfaatkan atau tidak membawa keuntungan bagi dirinya maka ia akan dibuang, seperti pepatah yang berbunyi: habis manis sepah dibuang. Inilah wajah dunia kita yang berdosa dan gejala seperti ini diangkat oleh seorang sosiolog menjadi sebuah issue, yaitu manusia itu serigala bagi sesamanya, homo homini lupus. Manusia dikatakan sebagai serigala karena sifat serigala itu sangatlah licik, yakni tidak berani menghadapi lawan dari depan. Tuhan Yesus tahu akan keadaan dunia yang demikian ini maka konsep homo homini lupus ini bukanlah hal yang baru lagi. Tuhan Yesus menegaskan orang Kristen tidak boleh menjadi serigala tapi anak Tuhan harus menjadi domba di tengah-tengah serigala. Hati-hati janganlah kita cepat mengadopsi pemikiran para filsuf dunia dan langsung menerapkannya di dalam seluruh aspek hidup kita tanpa kita melihat kehidupan pribadi dari sang tokoh karena pada umumnya, teori etika yang dipaparkan para filsuf ini sangatlah indah tetapi kehidupan si pencetus teori tersebut tidaklah seindah teorinya. Inilah manusia berdosa.

Sebagai orang Kristen, kita harus berbeda dengan dunia. Orang yang mengaku diri Kristen tetapi mempunyai karakter sama dengan dunia maka dia bukanlah orang Kristen. Orang Kristen sejati seharusnya ada perubahan konsep dalam dirinya kalau perubahan tingkah laku memang tidak dapat langsung berubah. Masih banyak orang Kristen yang jatuh dalam dosa tapi ada perbedaan yang mendasar antara orang Kristen sejati dan orang yang mengaku “Kristen“ ketika mereka sama-sama jatuh dalam dosa. Orang Kristen sejati pasti tidak mau sama dengan dunia maka ketika ia jatuh, ia akan mempunyai jiwa untuk mau bangkit dan bangkit, ia akan terus berjuang untuk menjadi seekor domba, untuk tidak menjadi serupa dengan dunia, ada perubahan hidup yang terus terjadi dalam hidupnya dengan demikian ia dipakai menjadi alat Tuhan. Berbeda halnya dengan orang yang mengaku diri “Kristen“ maka ia akan berkompromi dengan dosa. Tuhan tidak menuntut kita untuk langsung berubah ketika menjadi anak-Nya, tidak, perubahan tingkah laku itu tidak dapat terjadi secara langsung tetapi perubahan itu terjadi secara step by step, ada proses di dalamnya.

2. Kuasa Pemeliharaan Allah

Kalau menurut teori dunia, kalau seekor domba ditaruh ditengah-tengah serigala maka kemungkinan besar domba itu mati. Namun, ingat, konsep dunia berbeda dengan konsep Tuhan; seekor domba tidak akan mati meski ia ada di tengah-tengah serigala karena ternyata domba ini tidaklah sendirian, ada gembala yang selalu siap melindungi dan menjaga dia dimana gembala ini tidak kelihatan secara kasat mata. Pertanyaannya adalah sadarkah si domba ini kalau sang gembala selalu ada di dekatnya meski ia tidak kelihatan? Sebagai orang Kristen sejati, janganlah kita mau ditipu oleh segala macam ajaran dan mujizat yang mengajarkan bahwa anak Tuhan itu layaknya “superman“ yang dapat mengalahkan berbagai-bagai tantangan yang ada di dunia. Celakanya, ada orang yang berani menyatakan bahwa orang Kristen tidak akan mengalami celaka apalagi mengalami sakit penyakit karena orang Kristen mempunyai kekuatan dan kuasa yang berlebih. Konsep demikian inilah yang membuat orang Kristen justru tidak menjadi kuat dan mudah jatuh.

Tuhan tidak pernah menjanjikan orang Kristen hidupnya akan selalu nikmat dan tidak berkekurangan, tidak, Tuhan juga tidak janji bahwa orang Kristen tidak akan pernah mengalami kesusahan, tidak! Ironisnya, ketika orang mengalami kesulitan kita justru menyalahkan Tuhan dan menganggap Tuhan yang jahat. Tuhan justru menaruh kita di tengah-tengah dunia berdosa yang penuh dengan bahaya ini seperti domba di tengah-tengah serigala namun percayalah, Tuhan Yesus Sang Gembala yang Agung itu tidak akan membiarkan kita mati dicengkeram oleh serigala sebab Tuhan tahu sampai dimana batasan kekuatan kita. Seperti halnya Ayub, Tuhan tahu sampai dimana batas kekuatannya, Tuhan mengijinkan iblis menguji imannya namun Tuhan tidak mengijinkan iblis untuk menjatuhkan imannya apalagi mengambil nyawanya karena nyawa manusia adalah milik kepunyaan Tuhan. Maka jelaslah, hidup kita akan kuat karena berada di bawah kuasa pemeliharaan Tuhan tetapi dipihak lain, kita menyadari bahwa sesungguhnya hidup kita sangatlah lemah maka ini menjadi suatu paradoks namun justru di dalam kelemahanlah kita menjadi kuat. Konsep ini sukar dimengerti oleh dunia. Tuhan Yesus melarang para murid – tidak membawa uang seperser pun bahkan bekal karena Tuhan Yesus hendak mengajarkan pada mereka bahwa sesungguhnya manusia bukanlah siapa-siapa, hidup manusia sangat lemah dan bergantung mutlak pada Tuhan. Karena itu, janganlah menyandarkan diri pada hal-hal materi yang sifatnya duniawi tetapi hendaklah kita bersandar pada Tuhan Sang Pemilik dan yang menciptakan dunia ini.

3. Pandangan dan Ketertarikan

Ketika kita berada di dalam kelemahan, Tuhan mengajarkan pada kita untuk mengarahkan pandangan kita pada Tuhan Yesus Sang Gembala Agung, janganlah kita memandang pada serigala karena arah pandangan itu justru akan membuat kita terjatuh. Hati-hati, dunia ini semakin hari tidak menjadi semakin baik justru semakin rusak, banyak serigala yang siap menerkam sehingga kalau kita tidak hati-hati kita akan terjatuh karena itu, ketika kita berjalan janganlah menengok ke arah serigala supaya kita tidak terjatuh. Janganlah kita terjerat dalam berbagai macam ajaran iblis yang menyesatkan yang mengatakan bahwa dunia ini khususnya Indonesia akan menjadi makmur dan jaya. Tidak! Firman Tuhan menegaskan bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar; manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang (2Tim. 3:1-7). Manusia melihat suatu realita bahwa dunia ini semakin hancur, kita tahu realita kalau ada serigala di hadapan kita namun kita tidak binasa karena kita tahu tangan Tuhan selalu melindungi kita sehingga kita tidak menjadi hancur. Tuhan mengutus untuk kita pergi dan menjadi saksi bagi-Nya hingga ke seluruh dunia dan Tuhan janji, Ia akan beserta senantiasa sampai kepada akhir jaman (Mat. 28:19-20). Hendaklah kita terus menyadari bahwa kita tidak lebih hanyalah seekor domba yang lemah yang diutus di tengah-tengah serigala namun di dalam kelemahan itu, kita mempunyai Tuhan Sang Gembala Agung yang tidak pernah membiarkan kita sendiri. Kita mungkin ada dalam lembah kekelaman, kita berada dalam bayang-bayang maut, kita akan menghadapi bahaya namun gada Tuhan dan tongkat Tuhan itu akan menjadi kekuatan dan penghiburan bagi kita.

4. Cerdik dan Tulus

Memang, orang Kristen tidak lebih hanyalah seekor domba lemah tapi lemah bukan berarti bodoh sehingga mudah dipermainkan. Tidak! Tuhan ingin kita mempunyai pemikiran yang cerdik seperti ular dan perilaku yang tulus seperti merpati. Menurut teks aslinya, istilah “cerdik seperti ular“ disini tidak berkonotasi negatif tetapi ular merupakan gambaran dari seseorang yang mempunyai ketajaman cara pikir sehingga segala keputusan dan tindakan yang diambil tepat. Cerdik dari bahasa aslinya, prominos yang berarti orang yang mempunyai pengertian total dan mempunyai data lengkap dimana semua aspek kemungkinan yang terjadi telah diperhitungkan lalu dapat mengambil keputusan yang jitu pada saat yang dibutuhkan tersebut. Sebagai seorang Kristen sejati janganlah kita mudah dipengaruhi oleh berbagai macam arus dunia tetapi hendaklah kita dapat melihat gejala dunia dengan tajam dengan demikian kita tidak terhempas dan akhirnya tenggelam. Seperti halnya seorang yang terjebak dalam pusaran air maka satu-satunya cara supaya ia dapat selamat adalah harus ada orang lain yang berada di luar pusaran air yang menyelamatkannya sebab dia dapat melihat dimana pusat pusaran dengan demikian ia tahu harus bertindak apa dan dirinya pun tidak ikut masuk dalam pusaran.

Bukanlah hal yang mudah dan sederhana bagi seseorang untuk dapat mengambil keputusan secara tepat dan hal ini tidak dapat terjadi secara instan tapi ada proses belajar dan pergumulan terlebih dahulu barulah dapat diambil suatu keputusan tepat. Janganlah kita mau segala sesuatu dengan cara instan dan menggampang-kan segala sesuatu. Seahli-ahlinya kita berenang kalau kita berada dalam pusaran air dan kita tidak pernah belajar bagaimana mengatasinya maka kita pasti akan terseret arus dan akhirnya mati. Kita tahu permainan dunia maka jangan sekali-kali kita mencoba masuk di dalamnya kalau tidak mau terseret dalam pusaran dunia. Cerdik beda dengan licik. Orang yang licik memakai kecerdikan untuk sifat negatif karena itu, Tuhan menegaskan kita harus cerdik dan tulus, artinya mempunyai motivasi bersih ketika melakukan segala sesuatu. Inilah sifat kebenaran sejati, yaitu tujuan, motivasi dan hasil akhir mengarah pada satu titik dan tidak meleset dari tujuan semula. Sebaliknya dosa (dari kata hamartia) berarti melakukan sesuatu tetapi tujuan selalu meleset dari tujuan semula. Dunia sangatlah licik, katanya tujuan memberi namun sesungguhnya adalah memancing untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, motivasi yang tidak tulus ini dapat kita lihat pada sikapnya ketika kita tidak membalas kebaikannya pasti ia akan marah. Tuhan ingin ketika kita mengerjakan sesuatu dengan hati yang murni dan tulus. Ingat, Tuhan tahu isi hati kita dan suatu saat nanti Tuhan akan menghukum kita. Sebagai anak Tuhan sejati, kita harus mempunyai hati yang tulus maka Tuhan akan berkenan dan kita dapat menjadi berkat bagi dunia. Amin. ?


Menembus Penghalang Untuk Melangkah Dalam Kepastian

Yohanes 4: 1-42

Oleh: Pdt. Gilbert Lumoindong


I. PENDAHULUAN

Seringkali langkah-langkah kita terhambat karena ketidakmampuan kita menembus penghalang-penghalang yang harus dihadapi. Penghalang-penghalang pasti ada dalam jalan hidup ini, namun meskipun banyak penghalang dan tantangan serta rintangan, kita harus melangkah dengan pasti. Karena kepastian kita bukanlah berbicara mengenai suatu keadaan yang begitu banyak penghalang, tetapi kepastian kita berbicara tentang sikap hati kita dalam menghadapi penghalang-penghalang tersebut agar kita dapat meraih kemenangan.
Alkitab mencatat, perjalanan hidup Yesus penuh dengan tantangan dan hambatan. Jika Yesus sendiri yang adalah Tuhan dan Raja di atas segala raja dan yang Kudus adanya, juga menghadapi tantangan, apa lagi kita sebagai umat-Nya. Jadi persoalannya, bukan seberapa besar tantangan yang dihadapi, tetapi bagaimana cara kita menyelesaikannya.
Tuhan mempunyai rencana yang indah dan dahsyat dalam kehidupan kita, namun langkah-langkah kita terhambat karena ketidak-mampuan kita menembus penghalang-penghalang yang harus kita hadapi. Penghalang pasti kita hadapi, ini disebut “Aksioma” yaitu sebuah hukum yang tidak pernah bisa dipungkiri di dalam perjalanan hidup ini.



II. HALANGAN I -> KRITIKAN (ayat 1-2)
Kritikan bukan saat untuk kecewa, mundur dan putus asa
Ada banyak hal yang bisa menjadi alasan untuk orang mengkritik kita, namun kritikan tidak boleh menghambat jalan kita. Karena itu kritikan bukanlah jadi alasan untuk kecewa, mundur, putus asa, lalu menyerah. Tetapi :

1.Kritikan harus membuat kita introspeksi.Jadi kita harus melihat setiap kritikan secara positif dan menerimanya dalam konteks yang sehat, artinya kalau memang ada yang harus kita rubah dan perbaiki maka kita harus lakukan, kalau memang tidak ada yang perlu dirubah kita kuatkan hati kita dan belajar untuk menerima orang lain apa adanya.

2.Kritikan harus memantapkan visi kita.Yesus pergi bukan untuk melarikan diri, tapi karena ada rencana Tuhan yang hebat dalam hidup-Nya. Jadi justru masalah, tekanan, kritikan itu harus memantapkan visi kita kepada Tuhan.

3.Kritikan harus menjaga kita agar tetap mengandalkan Tuhan.Jadi kritikan itu harus menyadarkan kita bahwa kita tidak sempurna dan tidak dapat berdiri sendiri dan sangat membutuhkan pertolongan Tuhan.

II. HALANGAN II -> KELELAHAN (ayat 4-6)

Semua orang pasti bisa dan sering mengalami kelelahan. Dan kelelahan ini seringkali membuat orang cepat emosi, menjadi malas dan bersifat kekanak-kanakan yang harus selalu dimengerti oleh orang lain. Namun kelelahan bukan saat untuk berhenti berkarya, yang kita butuhkan adalah istirahat yang sejati.

1. Kesadaran akan kehadiran Allah.
Seletih apapun, kalau kita tahu bahwa Tuhan hadir, maka itu akan memberikan kekuatan yang baru buat kita.

2.Kesadaran tentang janji-janji Allah.
Begitu banyak janji-janji Allah yang tertulis di dalam Alkitab. Kalau kita menyadarinya dan mengimaninya, maka walaupun kita lelah, janji-janji itu akan membuat kita segar kembali.

3.Kesadaran akan penyertaan & tuntunan Allah.
Kalau kita sadar akan penyertaan dan tuntunan Allah dan kita hidup di dalamnya, maka kita tidak akan merasa lelah karena Tuhan akan menopang dan memberi kekuatan yang baru setiap saat.



III. HALANGAN III -> PERBEDAAN (ayat 7,9)

Di dalam ayat bacaan ini diceritakan mengenai perbincangan Yesus dengan perempuan Samaria. Yesus adalah orang Yahudi, dan pada zaman tersebut, orang-orang Yahudi selalu memandang rendah orang Samaria. Ini berarti ada perbedaan antar orang Yahudi dan orang Samaria. Namun perbedaan ini tidak menjadi alasan bagi Yesus untuk tidak menolong dan meninggalkan perempuan itu. Demikian juga dengan kita, kalau perbedaan dijadikan alasan untuk tidak maju, tidak berkarya, tidak berusaha merebut kemenangan, maka kita berada dalam persoalan yang serius. Karena itu, hidup ini sangat ditentukan oleh bagaimana sikap kita dalam menghadapi atau menyikapi perbedaan. Jadi, janganlah menyelesaikan perbedaan dengan permusuhan dan keributan.

Ada beberapa hal penting yang kita lihat dalam ayat ini:

1.Ramah- memulai pembicaraan.Walaupun orang Yahudi dan orang Samaria sangat berbeda, namun Yesus menunjukkan keramahanNya dengan memulai pembicaraan.

2.Tidak angkuh.Walaupun Yesus orang Yahudi, namun Yesus tidak angkuh dalam percakapan dengan perempuan Samaria tersebut.

3.Tidak menghakimi.Yesus tahu bahwa latar belakang perempuan tersebut. Tetapi Yesus tidaklah menghakiminya.


IV. HALANGAN IV -> KESULITAN (ayat 9)

Walaupun ada kesulitan dimana orang Yahudi tidak boleh bergaul dengan orang Samaria, namun Yesus tetap menempatkan pelayanan sebagai prioritasNya.
1.Lebih penting dari kebiasaan.
2. Lebih penting dari kepentingan diri.
3. Lebih penting dari pandangan-pandangan orang.

Bagi seorang yang fokusnya jelas, kesulitan yang dihadapi merupakan sebuah kenikmatan. Tetapi orang bodoh melihat kesulitan bagaikan macan yang menakutkan yang akan menghancurkan. Jadi sukses atau gagalnya seseorang tidak tergantung masalah atau beban yang dihadapi, tapi tergantung pada bagaimana sikapnya dalam menghadapi kesulitan itu. Orang sukses adalah: Seorang yang tersenyum ditengah kesulitan, belajar dari kesulitan dan mau menghadapi kesulitan. Tetapi orang bodoh adalah: seorang yang: menangis ditengah kesulitan, lari dan menghindar dari kesulitan. Oleh karena itu, orang bodoh sulit untuk belajar sehingga sulit untuk maju.

V. HALANGAN V -> KECURIGAAN (ayat 27 & 31-32)

Ada panyak perkara yang bisa menjadi alasan orang curiga pada kita. Sama seperti yang dialami Yesus, ketika Ia berbincang-bincang dengan wanita Samaria, murid-murid-Nya menatap Yesus dengan curiga. Namun tatapan mata dan sikap yang penuh kecurigaan tidak boleh menghambat kita untuk menjadi pelaku Firman.

1.Pandangan orang tidak dapat mengubah pandangan & rencana Allah.Yesus tidak perduli walaupun murid-muridNya memandangNya dengan curiga.

2.Pandangan orang tidak boleh mengubah sikap kita.Kecurigaan murid-muridNya tidaklah mengubah sikap Yesus untuk menolong perempuan Samaria tersebut.

3.Pandangan orang tidak dapat menghambat kesaksian kita.Walaupun murid-muridNya mencurigai, tetapi Yesus tetap melayani perempuan tersebut.


VI. PENUTUP
Karena itu sebagai orang-orang percaya, tembuslah setiap penghalang dan hambatan serta rebutlah kemenangan. Sebab bersama Yesus tidak ada perkara yang mustahil, mujizat dan kemenanganlah yang kita raih.

Doa :
Ya Bapa, Engkau terlebih dahulu telah mengalami halangan dan hambatan dan dapat mengatasi semuanya, sekarang berikanlah kami hikmat dan kuasa untuk dapat menyikapi serta mengatasi setiap hambatan dan rintangan di sepanjang hidup ini, sehingga olehnya kami dapat meraih kemenangan.(jhw/emm)

oleh: Pdt. Gilbert Lumoindong

Wednesday, June 10, 2009

Bagaimana Berdoa Untuk Meminta Pasangan Hidup

Oleh: Dr.Frederick K.C. Price
Kiriman: Sudiana Sudiana //-->

//-->Bukan mustahil, kita seringkali mendapat kesulitan dalam memilih pasangan hidup, karena kita meminta hal-hal yang sesuai dengan keinginan kita sendiri.Demikian juga ketika saya belum menjadi seorang kristen, yaitu sebelum saya mengerti untuk menerima sesuatu dengan iman.Pada saat itu perkawinan sangat jauh dari pikiran saya.

Saya begitu menikmati hidup sendiri, sehingga saya bersikap tidak perlu ada perkawinan.Tetapi ketika saya mulai serius memikirkan perkawinan, mulailah pikiran saya merancang gambaran tentang pasangan yang bagaimana yang saya inginkan.Saya sudah membayangkan pasangan hidup idaman, kulitnya harus begini, rambutnya harus begitu.Pada saat itu saya tidak tahu bahwa Tuhanlah yang akan mengaturnya.Saya berpikir keinginan saya membuat saya bahagia.

Ternyata yang terjadi tidaklah demikian.Saya menikah dengan pasangan berbeda dengan apa yang saya idamkan.Namun demikian, saya memiliki perkawinan yang bahagia.Yang inign saya sampaikan ialah rupa seseorang tidak menjamin perkawinan itu bahagia.Jadi, semua hal yang sebelumnya pernah saya pikirkan itu bukanlah iman melainkan suatu kesalahan.

Yang terbaik adalah menginginkan pasangan hidup yang Tuhan tahu cocok untukmu: biarlah keinginanmu itu dapat sejalan dengan kehendakNya.Tuhan tidak akan memilih seseorang pasangan untukmu tanpa melibatkan engkau di dalamnya, atau tanpa mempedulikan engkau. Ia mengetahui apa yang terbaik untukmu.Apabila engkau meminta seorang suami atau istri kepada Allah, serahkan segala kualifikasinya kepadaNya.Mintalah di dalam nama Yesus dan percaya bahwa engaku sudah menerimanya.Dengan demikian engkau tidak perlu mencari cari lagi, melainkan imanmu dapat lepas dan membuka pintu bagi Allah untuk membawa orang itu ke dalam hidupmu, dan orang itu pasti akan cocok untukmu seperti baju yang dibuat oleh seorang tukang jahit :PAS Adalah suatu kebodohan jika kita menginginkan pasangan kita harus begini atau begitu.Itu dapat terjadi karena keinginan daging seperti yang kita baca dalam surat Yakobus 4:1-3.Barangkali itulah sebabnya engkau belum menerima hingga sekarang. Bukanlah iman jika engkau sekedar pergi kepada Tuhan dan meminta seseorang. Tetapi engkau harus mengizinkan Tuhan membawa orang itu kepadamu.

Kita bisa saja meminta sesuatu atau melakukan hal hal yang benar, tetapi tujuannya salah.Meminta pasangan hidup dengan motivasi yang salah adalah sangat tidak benar."Kamu berdoa tetapi tidak menerima apa apa karena kamu salah berdoa".Dengan kata lain, tujuan kita itu tidak benar karena meminta untuk keinginan daging agar terpenuhi.Kecantikan atau ketampanan tidak ada hubungannya dengan perkawinan yang bahagia.Saya mengenal orang orang yang sangat cantik dengan rambut paling indah, tetapi mempunyai perkawinan terburuk di dunia.Sebaliknya saya juga mengenal orang yang biasa biasa saja tetapi perkawinannya sangat indah.

BELAJAR PERCAYA KEPADA BAPA DI SURGA Kita harus belajar untuk percaya kepada Bapa di surga.Singkirkanlah pikiran kita dari segala hal yang jasmani, apakah itu mengenai rupa atau kulit dan sebagainya.Mulailah dengan mencari kerajaan Allah terlebih dahulu.Serahkanlah permintaanmu itu kepadaNya:"Allah Bapa, saya menginginkan seorang suami atau seorang istri dan Engkau tahu bahwa saya menginginkan yang terbaik, tetapi saya akan mempercayakan itu kepadaMu,Tuhan.Semua ini saya minta di dalam nama Yesus dan saya percaya bahwa saya akan menerimanya sesuai firmanMu di dalam Markus 11:24". Selanjutnya serahkan kepada Tuhan agar Dia dapat membawa orang itu ke dalam hidupmu.

Tetapi hati hati, jangan salah menafsirkan ayat di atas.Karena ada kata kata 'apa saja yang kamu minta dan doakan'. sehingga anda sudah menentukan si anu yang harus menjadi pasangan hidup saya.Bukan itu maksud yang dikatakan Yesus di dalam ayat tersebut.Engkau dapat meminta seorang suami atau istri, tetapi tidak bisa meminta orang tertentu, karena tidak ada disebutkan dalam Alkitab bahwa Allah pernah memberikan kita otoritas atas keinginan orang lain.Kita bisa saja menginginkan seseorang tetapi orang itu barangkali tidakmenginginkan kita.

CARA YANG BENAR DALAM MEMINTA Kalau engkau akan meminta seorang suami atau seorang istri, saya menyarankan untuk melakukan seperti ini: katakanlah, : "Tuhan saya minta seorang suami atau seorang istri yang sepadan dan memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani saya.

Saya percaya bahwa Engkau mengetahui yang terbaik untukku." Sesudah itu mulailah bersyukur Tuhan dan percaya kepadaNya bahwa Dia akan membawa orang itu ke dalam hidupmu ,dan kamu akan tahu sewaktu ia datang.Amin. //-->

REF: http://indonesia.heartnsouls.com/cerita/h/c733.shtml

Sunday, June 7, 2009

Jiwa Yang Terluka 3

MASUKNYA ROH JAHAT

oleh: Pdt Gilbert Lumindong

I Tawarikh 4:9-10

PENDAHULUAN

Setan paling senang melihat orang-orang yang jiwanya terluka. Oleh karena itu, setan adalah perancang yang hebat untuk membuat jiwa terluka.

Dalam keluarga

- Mulai dari keluarga, yaitu orang tua terhadap anaknya. Setan mau membuat supaya orang tua menyakiti anaknya. Dan orang tua tidak sadar bahwa dia menyakiti anaknya. Mungkin tujuannya baik yaitu untuk mendidik, tetapi setan bisa membelokkan dengan kata-kata yang menyakitkan. Jiwa yang terluka dari orang tua terhadapa anaknya ini bisa dimulai dari dalam kandungan.
- Suami terhadap istri atau istri terhadap suami. Masing-masing tidak menyadari kalau dia menyakiti pasangannya. Walau suami atau istri merasa benar, belum tentu dia tidak menyakiti pasangannya tersebut.
- Kedua hal di atas adalah rancangan setan yang paling utama dalam menghancurkan keluarga. Kemudian selanjutnya adalah :
- Mertua menyakiti menantu atau menantu menyakiti mertuanya.
- Ketika mulai besar, anak mulai menyakiti orang tuanya

Dalam Gereja


Disakiti oleh sesama pengerja, disakiti oleh hamba Tuhan, jemaat disakiti oleh gembala, dll. Tujuannya adalah supaya orang-orang yang melayani mempunyai hati yang luka sehingga khotbah yang disampaikan atau yang dia dengarpun menjadi khotbah yang penuh dengan kebencian. Karena orang yang hatinya luka baik sikap, perbuatan, kata-kata maupun konsep berpikirnya sudah berbeda sehingga di dalam melayani Tuhan, tidak dengan potensi maksimal.

Dalam pekerjaan dan pergaulan.

Disakiti oleh atasan, disakiti oleh teman-temannya, dll.
Orang yang hatinya bersih, akan penuh dengan kemuliaan sehingga sangat berbahaya bagi setan karena Firman Tuhan dalam Amsal 4:23 menjelaskan, ”jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan”.

Di dalam 1 Tawarikh 4:9-10 menceritakan tentang Yabes. Yabes artinya ”aku telah melahirkan dia dengan kesakitan”. Atau dalam bahasa Ibrani, terjemahan bebasnya adalah ”sumber masalah”. Orang yang mempunyai nama seperti itu pasti mempunyai jiwa yang terluka.

Tetapi di dalam ayat 10 dijelaskan bahwa Yabes berseru kepada Tuhan dan Tuhan mengabulkan permintaannya. Jadi walaupun kita mempunyai jiwa yang terluka, tetapi kalau kita mau berseru kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengabulkan permintaan kita.
Jiwa yang terluka sebenarnya adalah bagian dari penyaliban daging (Roma 6:6; Galatia 2:9-10, Galatia 1:6-10), yang menuntun kita dalam kesempurnaan. Namun ketidaksiapan untuk menerima “jiwa yang terluka,” membuka pintu untuk kuasa-kuasa kegelapan masuk dalam kehidupan.

JIWA YANG TERLUKA (Mark. 5:1-7)

Di dalam Markus 5:1-7 menceritakan tentang seorang yang dimasuki oleh roh jahat yang tinggal di pekuburan. Orang ini awalnya adalah orang yang jiwanya luka. Tingkatan orang yang jiwanya luka :
- Jiwa dan karakternya aneh
- Mempunyai jiwa pemberontak
- Jiwanya stress dan labil
- Dimasuki roh jahat


Ciri-ciri jiwa yang terluka yang sudah dimasuki roh jahat :

1. Tidak dapat diatur (ay. 3-4).
Tidak bisa ditegur dan maunya seenaknya saja.

2. Senang dengan hal-hal gaib (ay. 5)
Senang dengan hal yang aneh-aneh, misalnya mendengarkan dan percaya dengan feng sui, hong sui dan horoskop, senang ke dukun, senang film-film horor, dll.

3. Senang berteriak-teriak (ay. 5)
Kalau marah atau ada persolaan, suka berteriak-teriak, senang dengan musik-musik keras, dll.

4. Selalu berusaha untuk merusak diri sendiri (ay. 5)
Orang yang jiwanya terluka suka merusak diri sendiri misalnya dengan narkoba, tidak memperdulikan sekolah, dll.

5. Tetap dapat berhubungan dengan kegiatan-kegiatan rohani tapi sering buat tindakan aneh (ay. 6)
Bisa saja masuk gereja tetapi selalu gelisah, tidak fokus dalam ibadah, dll.

6. Selalu meragukan kasih Tuhan dan selalu merasa tersiksa (ay. 7).
Di dalam mengiring Tuhan, selalu merasa tersiksa karena mau berbuat sesuatu tetapi tidak boleh, berbuat yang aneh-aneh dalam pelayanan, dll.

III. MENGAPA ROH JAHAT DAPAT MASUK

1. Karena tidak adanya pengampunan
Jiwa bisa terluka karena waktu menghadapi masalah, tidak saling mengampuni. Tidak semua masalah bisa mengakibatkan jiwa yang luka. Yusuf bisa saja mempunyai jiwa yang luka karena dibuang dan dijual oleh kakak-kakaknya, kemudian difitnah dan dipenjara. Tetapi Yusuf mengerti kehendak Allah dalam hidupnya.

2. Karena tidak mau pasrah pada Tuhan
Tidak ada satu utas rambutpun di kepala kita dapat jatuh tanpa seijin Tuhan. Jika Tuhan ijinkan masalah terjadi, berati ada maksud Tuhan. Oleh karena itu kita harus pasrah.

3. Karena menyimpan kebencian dan kepahitan
Jiwa bisa menjadi luka, kalau kita terus memikirkan kepahitan dan kebencian.

4. Karena tidak mau menundukkan “pemberontakan” daging
Tidak mau menyalibkan daging.

5. Karena tidak melihat rencana Tuhan
Kita tidak memakai ”kaca mata” Tuhan, tetapi kita memakai ”kaca mata” sendiri sehingga kita tidak dapat melihat rencana Tuhan yang dahsyat. Karena kalau kita melihat dengan “kaca mata” sendiri, yang kelihatan adalah kepahitan dan sakit hati.

Created : 01 November 2006 - 07:39
JIWA YANG TERLUKA &
MASUKNYA ROH JAHAT
I Tawarikh 4:9-10
I. PENDAHULUAN
Setan paling senang melihat orang-orang yang jiwanya terluka. Oleh karena itu, setan adalah perancang yang hebat untuk membuat jiwa terluka.
Dalam keluarga
- Mulai dari keluarga, yaitu orang tua terhadap anaknya. Setan mau membuat supaya orang tua menyakiti anaknya. Dan orang tua tidak sadar bahwa dia menyakiti anaknya. Mungkin tujuannya baik yaitu untuk mendidik, tetapi setan bisa membelokkan dengan kata-kata yang menyakitkan. Jiwa yang terluka dari orang tua terhadapa anaknya ini bisa dimulai dari dalam kandungan.
- Suami terhadap istri atau istri terhadap suami. Masing-masing tidak menyadari kalau dia menyakiti pasangannya. Walau suami atau istri merasa benar, belum tentu dia tidak menyakiti pasangannya tersebut.
- Kedua hal di atas adalah rancangan setan yang paling utama dalam menghancurkan keluarga. Kemudian selanjutnya adalah :
- Mertua menyakiti menantu atau menantu menyakiti mertuanya.
- Ketika mulai besar, anak mulai menyakiti orang tuanya

Dalam Gereja
Disakiti oleh sesama pengerja, disakiti oleh hamba Tuhan, jemaat disakiti oleh gembala, dll. Tujuannya adalah supaya orang-orang yang melayani mempunyai hati yang luka sehingga khotbah yang disampaikan atau yang dia dengarpun menjadi khotbah yang penuh dengan kebencian. Karena orang yang hatinya luka baik sikap, perbuatan, kata-kata maupun konsep berpikirnya sudah berbeda sehingga di dalam melayani Tuhan, tidak dengan potensi maksimal.
Dalam pekerjaan dan pergaulan.
Disakiti oleh atasan, disakiti oleh teman-temannya, dll.
Orang yang hatinya bersih, akan penuh dengan kemuliaan sehingga sangat berbahaya bagi setan karena Firman Tuhan dalam Amsal 4:23 menjelaskan, ”jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan”.
Di dalam 1 Tawarikh 4:9-10 menceritakan tentang Yabes. Yabes artinya ”aku telah melahirkan dia dengan kesakitan”. Atau dalam bahasa Ibrani, terjemahan bebasnya adalah ”sumber masalah”. Orang yang mempunyai nama seperti itu pasti mempunyai jiwa yang terluka.
Tetapi di dalam ayat 10 dijelaskan bahwa Yabes berseru kepada Tuhan dan Tuhan mengabulkan permintaannya. Jadi walaupun kita mempunyai jiwa yang terluka, tetapi kalau kita mau berseru kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengabulkan permintaan kita.
Jiwa yang terluka sebenarnya adalah bagian dari penyaliban daging (Roma 6:6; Galatia 2:9-10, Galatia 1:6-10), yang menuntun kita dalam kesempurnaan. Namun ketidaksiapan untuk menerima “jiwa yang terluka,” membuka pintu untuk kuasa-kuasa kegelapan masuk dalam kehidupan.

II. JIWA YANG TERLUKA (Mark. 5:1-7)
Di dalam Markus 5:1-7 menceritakan tentang seorang yang dimasuki oleh roh jahat yang tinggal di pekuburan. Orang ini awalnya adalah orang yang jiwanya luka. Tingkatan orang yang jiwanya luka :
- Jiwa dan karakternya aneh
- Mempunyai jiwa pemberontak
- Jiwanya stress dan labil
- Dimasuki roh jahat
Ciri-ciri jiwa yang terluka yang sudah dimasuki roh jahat :
1. Tidak dapat diatur (ay. 3-4).
Tidak bisa ditegur dan maunya seenaknya saja.
2. Senang dengan hal-hal gaib (ay. 5)
Senang dengan hal yang aneh-aneh, misalnya mendengarkan dan percaya dengan feng sui, hong sui dan horoskop, senang ke dukun, senang film-film horor, dll.
3. Senang berteriak-teriak (ay. 5)
Kalau marah atau ada persolaan, suka berteriak-teriak, senang dengan musik-musik keras, dll.
4. Selalu berusaha untuk merusak diri sendiri (ay. 5)
Orang yang jiwanya terluka suka merusak diri sendiri misalnya dengan narkoba, tidak memperdulikan sekolah, dll.
5. Tetap dapat berhubungan dengan kegiatan-kegiatan rohani tapi sering buat tindakan aneh (ay. 6)
Bisa saja masuk gereja tetapi selalu gelisah, tidak fokus dalam ibadah, dll.
6. Selalu meragukan kasih Tuhan dan selalu merasa tersiksa (ay. 7).
Di dalam mengiring Tuhan, selalu merasa tersiksa karena mau berbuat sesuatu tetapi tidak boleh, berbuat yang aneh-aneh dalam pelayanan, dll.

III. MENGAPA ROH JAHAT DAPAT MASUK

1. Karena tidak adanya pengampunan
Jiwa bisa terluka karena waktu menghadapi masalah, tidak saling mengampuni. Tidak semua masalah bisa mengakibatkan jiwa yang luka. Yusuf bisa saja mempunyai jiwa yang luka karena dibuang dan dijual oleh kakak-kakaknya, kemudian difitnah dan dipenjara. Tetapi Yusuf mengerti kehendak Allah dalam hidupnya.

2. Karena tidak mau pasrah pada Tuhan
Tidak ada satu utas rambutpun di kepala kita dapat jatuh tanpa seijin Tuhan. Jika Tuhan ijinkan masalah terjadi, berati ada maksud Tuhan. Oleh karena itu kita harus pasrah.

3. Karena menyimpan kebencian dan kepahitan
Jiwa bisa menjadi luka, kalau kita terus memikirkan kepahitan dan kebencian.

4. Karena tidak mau menundukkan “pemberontakan” daging
Tidak mau menyalibkan daging.

5. Karena tidak melihat rencana Tuhan
Kita tidak memakai ”kaca mata” Tuhan, tetapi kita memakai ”kaca mata” sendiri sehingga kita tidak dapat melihat rencana Tuhan yang dahsyat. Karena kalau kita melihat dengan “kaca mata” sendiri, yang kelihatan adalah kepahitan dan sakit hati.

IV. MENUTUP PINTU & MEMBERESKAN

1. Sadari bahwa jiwa kita terluka
Yang pertama kita harus menyadari dahulu bahwa jiwa kita terluka.

2. Siap membereskan dan siap untuk bangkit
Setelah menyadari jiwa yang terluka, kita harus membereskannya dan mengobatinya. Setelah itu kita harus bangkit untuk memandang ke depan bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah dalam kehidupan kita.

3. Ampuni setiap orang yang menjadi penyebab
Peperangan kita bukan melawan darah dan daging. Jadi Tuhan mengijinkan orang-orang yang menyakiti hati untuk membersihkan kehidupan kita sehingga rencana Tuhan dapat terjadi dalam kehidupan kita.

4. Berseru pada Tuhan
Yabes tidak memperdulikan sakit hatinya, melainkan dia berseru kepada Tuhan. Oleh karena itu, jika kita berseru kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikan kelegaan dan kekuatan dalam menghadapi setiap pencobaan.

5. Harapkan hal-hal yang dahsyat dari Tuhan
Yabes yang walaupun disebut sebagai “sumber masalah”, berdoa dan mengharapkan hal-hal yang dahsyat dari Tuhan.

V. PENUTUP

Setiap orang bisa saja menghadapi “luka-luka” namun menanggapi dengan cara yang tepat menuntun kita menjadi orang-orang yang dahsyat bagi Tuhan.

Refleksi :
Tuhan tidak menjaga kita supaya tidak terluka, tetapi Tuhan memakai luka-luka tersebut untuk menyalibkan daging kita agar kemuliaan Tuhan nyata dalam kehidupan kita.

Doa :
Tuhan, kalau ada luka di hatiku, sembuhkan dan bersihkanlah supaya aku dapat melayaniMu dengan hati yang bersih sehingga kemuliaan Tuhan nyata dalam hidupku. Terima kasih Tuhan. Amin.(dan/emm)


Saturday, June 6, 2009

Jiwa yang Terluka 2

Pemberontakan

Bilangan 14:1-10


I. Pendahuluan

Setiap orang pasti pernah menghadapi orang-orang yang memberontak, seperti anak-anak, suami atau istri, dll.

Di dalam Bilangan 14:1-10 menceritakan tentang orang-orang Israel yang sering bersungut-sungut. Orang yang jiwanya luka, cenderung menjadi seorang pemberontak. Seperti orang Israel menjadi pemberontak karena sebelumnya mereka menjadi budak di Mesir. Mental mereka adalah mental seorang budak yang sering disakiti baik tubuh maupun jiwa sehingga jiwa mereka terluka. Pikiran mereka cenderung menjadi pikiran yang ”pendek”.

Di dalam Bil. 14:5-10 menceritakan mengenai keberanian Yosua dan Kaleb. Dua orang yang tidak mempunyai jiwa pemberontak, yang menyerukan kepada bangsa Israel bahwa ”Tuhan akan memberikan suatu negeri yang berlimpah susu dan madunya, hanya janganlah memberontak”. Artinya anugerah, mujizat dan kemenangan adalah pasti, tetapi jangan memberontak. Jika ada tantangan dan persoalan, kadangkala bukan Tuhan tidak menjawab dan menolong tetapi karena Tuhan sedang membentuk kita untuk menjadi pribadi yang luar biasa dan menjadi segambar dan serupa dengan Dia. Hanya seringkali baru setengah jalan, kita sudah bersungut-sungut dan mau menyerah bahkan memberontak padahal yang tahu kekuatan kita adalah Tuhan sendiri dan Tuhan tidak akan mengijinkan persoalan itu melebihi kekuatan kita.

Lebih lanjut di dalam ay. 10 dijelaskan bahwa orang Israel hendak melempari Yosua dan Kaleb dengan batu, tetapi karena Yosua, Kaleb dan Musa adalah orang-orang yang tidak memberontak, maka kemuliaan Tuhan memenuhi tempat tersebut sehingga orang-orang Israel tidak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka. Selama kita berjalan dalam ketaatan, kemuliaan Tuhan akan memenuhi kehidupan kita.

II. Definisi

Sebuah suasana hati yang melanda seseorang di mana mengakibatkan ketidaksenangan, ketidakinginan untuk patuh pada aturan yang berlaku dan cenderung untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari kebiasaan-kebiasaan yang ada.

III. Jenis-jenis Pemberontakan

1. Pemberontakan yang tidak disadari.
Pemberontakan yang ada di dalam diri seseorang tanpa disadarinya, hanya terlihat dari sikap dan perbuatannya yang cenderung sulit dimengerti.

2. Pemberontakan keseharian.
Pelaku mulai berontak dalam hal-hal sederhana dalam keseharian seperti malas berdoa, tidak mau ke gereja atau menolak melayani, dll.

3. Pemberontakan prinsip.
Kecenderungan pemberontakan mulai lebih berat karena ia begitu yakin bahwa Tuhan telah meninggalkannya.

4. Pemberontakan mendalam.
Keadaan pemberontakan yang berat di mana seorang secara sadar merasa tertolak dan kecewa terhadap segala keadaan bahkan terhadap Tuhan. Dalam tingkatan ini biasanya pelaku merasa Tuhan tidak ada.

IV. Penyebab Pemberontakan

A. TIDAK DIKETAHUI

1. Hal-hal yang terjadi sebelum lahir.
Misalnya orang tuanya pernah menyerahkan janinnya kepada dukun-dukun, paranormal atau kuasa-kuasa kegelapan lainnya atau juga sebelum lahir sudah mulai dikutuk oleh orang tuanya karena kelahiran yang tidak diharapkan, dll.

2. Hal-hal yang terjadi di masa usia kanak-kanak.
Pernah diperlakukan dengan tidak baik oleh lingkungannya. Misalnya pernah dipukul dengan ”membabi-buta” oleh orang tuanya, pernah dilecehkan oleh saudara-saudaranya atau pernah diperkosa, dll.

B. DIKETAHUI.

1. Karena merasa disakiti dan dikecewakan.
Terus menerus disakiti dan dikecewakan.

2. Karena menyimpulkan hal-hal negatif dalam pikiran.
Kalau di tegur, selalu menganggap bahwa orang yang menegur tersebut tidak senang atau kalau yang menegur adalah orang tuanya, orang tuanya tidak sayang lagi, dll.

3. Karena menghadapi situasi yang serba salah.
Artinya selalu ada dalam posisi yang serba salah sehingga apapun yang terjadi bersikap ”masa bodoh”.

4. Karena amarah yang mendalam, yang tidak terselesaikan.
Ada kekecewaan atau amarah terhadap orang lain yang tidak diselesaikan tetapi disimpan dan dipendam dalam hati.

5. Karena mendendam di hati.
Menyimpan dendam di dalam hati sehingga nampak dalam perbuatan kesehariannya maupun dalam cara berpikirnya.

V. Akibat-akibat Pemberontakan

1. Melakukan tindakan-tindakan aneh yang berbahaya.
Orang-orang yang ada benih pemberontakan selalu ingin melakukan hal-hal yang aneh dan berbahaya di dalam hidupnya. Misalnya melakukan ”olahraga” yang berbahaya, dll.

2. Menyukai hal-hal yang jahat tidak normal.
Bagi orang yang jiwanya pemberontak, melakukan kejahatan dianggap normal dan menyenangkan.

3. Cenderung menarik perhatian orang.
Orang yang mempunyai jiwa pemberontak sangat senang menarik perhatian orang lain misalnya dengan melakukan hal-hal yang aneh.

4. Senang melanggar aturan yang berlaku.
Orang yang jiwanya pemberontak, senang dan bahkan bangga kalau bisa melanggar aturan-aturan yang ada.

5. Menolak hal-hal yang sifatnya rohani.
Tidak senang dan tidak tertarik dengan hal-hal yang sifatnya rohani.

VI. Pandangan Alkitab

Alkitab penuh dengan pandangan “Tunduklah”, “Takutlah”, dan “Taatilah”. Karena dalam Alkitab kita digambarkan sebagai pribadi yang tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Yesus (Yoh. 15:5). Namun jika kita setia untuk hal yang kecil, Tuhan mau memberkati kita dalam perkara yang besar (Mat. 25:21).

1. Kita harus tunduk pada Allah (Yak. 4:7)
Alkitab menjelaskan, “tunduklah pada Allah dan lawanlah iblis”. Artinya kalau kita tidak tunduk pada Allah, maka kita tidak mempunyai kuasa untuk melawan iblis.

2. Kita harus tunduk pada pemimpin (Ibr. 13:17)
Firman Tuhan menjelaskan, “taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka...”.

3. Kita harus tunduk pada orang tua (1 Pet. 5:5)
Firman Tuhan dengan jelas menegaskan, ”..tunduklah kepada orang-orang yang tua...”.

4. Kita harus tunduk pada lembaga manusia (1 Pet. 2:13-14)
Kita harus tunduk kepada aturan-aturan yang berlaku di negara kita.

5. Barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan (Mat. 23:12)
Untuk bisa taat, dibutuhkan kerendahan hati sehingga akan ditinggikan oleh Tuhan. Namun sebaliknya, kalau memberontak dan sombong, kita akan direndahkan oleh Tuhan.

VII. Menundukkan Pemberontakan

1. Sadari mengapa pemberontakan itu terjadi.
Kalau kita menyadari dari mana pemberontakan itu terjadi, maka dari situlah kita mulai menundukkan pemberontakan tersebut.

2. Sadari bahwa di balik kepahitan hidup ada kemanisan rencana Allah.
Walaupun kita mengalami kepahitan hidup, kita harus bersyukur karena dibalik kepahitan itu, ada kemanisan rencana Allah bagi kehidupan kita.

3. Sadari pemberontakan hanya membawa kehancuran.
Pemberontakan tidak akan menolong kita dalam mencapai kehendak Allah, tetapi justru akan membawa kehancuran, kegagalan dan penderitaan.

4. Mulai tunduk pada Allah dan mohon bimbinganNya.
Setelah kita menyelesaikan atau “membereskan” masalah pemberontakan tersebut, mulailah taat dan tunduk pada Allah dan mohon bimbinganNya.

5. Hormati orang di sekitar kita.
Mulailah belajar untuk menghormati orang lain. Walaupun orang lain menyakiti hati kita, ingatlah Firman Tuhan bahwa ”besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya”.

6. Sadari bahwa ada upah bagi setiap mereka yang mau merendahkan diri.
Kalau kita merendahkan diri karena Kristus, ada upah atau ada berkat yang tersedia bagi kita.

VIII. Penutup

Pemberontakan selalu terjadi karena kekecewaan dan kemarahan seseorang tentang kondisi yang terjadi, namun ingatlah pemberontakan hanya menambah persoalan. Tetapi dengan ketaatan pada Allah, kita akan melihat kemenangan besar.

Refleksi :
Pemberontakan hanya menuntun kita kepada kehancuran, tetapi ketaatan menuntun kita kepada kemuliaan. Mulai pandang ke depan melihat kemuliaan Allah yang luar biasa. Mulai rancangkan hal-hal yang baik dalam hidup ini.


Doa :
Bapa, kami tahu Tuhan tidak pernah gagal dan tidak ada perkara yang mustahil bagiMu. Jamahlah hidup kami, jadikan kami indah di hadapanMu. Kalau ada pemberontakan di dalam kehidupan kami, lepaskanlah sekarang. Berilah damai sejahtera, ketenangan dan sukacita dalam kehidupan kami.

Friday, June 5, 2009

Jiwa yang Terluka 1

Created : 09 Oktober 2006 - 03:24
JIWA YANG TERLUKA
Hakim-hakim 11:1-11

PENDAHULUAN

Di dalam Hakim-hakim 11 ini, kita belajar mengenai Yefta. Disebutkan bahwa Yefta adalah seorang pahlawan. Siapapun kita, kita harus menjadi pahlawan dimanapun kita berada, karena kekristenan membutuhkan pahlawan. Seorang pahlawan adalah seorang yang bertahan hingga akhir. Rancangan Tuhan dalam hidup kita adalah supaya kita menjadi pahlawan.

Meskipun Yefta adalah seorang pahlawan, tetapi dia juga punya masalah. Kemenangan terjadi bukan karena tidak menghadapi masalah, tetapi kita mampu mengatasi setiap masalah. Masalah Yefta adalah ia adalah anak seorang perempuan sundal. Di dalam ayat 2, dijelaskan, ”...engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain”. Meskipun ia punya masalah yaitu sebagai anak perempuan sundal dan sebelumnya seorang yang kuat menghadapi peperangan, namun ketika masalah itu datang terus menerus, Yefta tidak dapat bertahan sehingga dia jatuh menjadi seorang perampok. Di dalam ayat 3 dijelaskan, ”maka larilah Yefta...”. Seorang pahlawan yang seharusnya berani, berkemenangan dan bertahan dalam peperangan, tetapi kenyataannya Yefta melarikan diri. Oleh karena itu, sebagai anak Tuhan, kita tidak boleh seperti Yefta yang melarikan diri tersebut. Apapun masalah dan pergumulan kita, jangan melarikan diri, tetapi tetaplah bertahan dan menghadapinya, karena semakin kita lari, masalah akan semakin mengejar kita. Namun semakin kita berdiri tegar, maka kita akan melihat mujizat. Lebih lanjut dalam ayat 4 dijelaskan, ”berkumpullan kepadanya.....”. Inilah salah satu kelicikan iblis dimana ketika kita lari dari masalah, setan akan mengirim ”orang-orang gila” kepada kita.

Di dalam ayat 6-7 diceritakan mengenai tua-tua Gilead yang pergi menjemput Yefta dari tanah Tob. Hal ini menggambarkan bahwa walapun iblis mempunyai program untuk menghancurkan, namun Tuhan mempunyai program yang luar biasa untuk menyelamatkan.

Keseluruhan cerita ini menceritakan tentang seorang pahlawan yang menghadapi masalah yang terus menekan hidupnya sehingga jiwanya terluka kemudian menjadi seorang perampok. Namun Tuhan memulihkan kehidupannya sehingga kembali menjadi seorang pahlawan yang luar biasa. Hal ini mengajarkan bahwa masa lalu kita yang buruk sekalipun, tidak boleh merusak masa depan kita. Karena hari kemarin adalah pelajaran, hari ini adalah kehidupan dan hari esok adalah kemenangan.

Allah mau agar hidup kita maksimal, namun seringkali manusia hanya meraih 10 persen potensi dalam hidupnya. Salah satu penghambat bagi seseorang untuk masuk dalam kapasitas maksimal adalah luka dalam jiwanya.

Yang berakibat :
1.Minder.
2.Broken Character.Menjadi orang yang sombong, iri, cepat putus asa, cepat kecewa, dll.
3.Pemberontak.Orang yang mempunyai jiwa pemberontak, kalau ditelusuri seringkali karena adanya luka hati.


Ada tiga hal penting yang harus kita ketahui yaitu :

a.Masalah harus dihadapi
b.Luka harus diobati
c.Setan harus diusir.
4.Cenderung possessive.

Menjadi orang yang ”cemburuan”, sangat ingin menguasai segala sesuatu dan menjadi orang yang harus memiliki sesuatu yang diinginkannya karena berhubungan dengan harga dirinya.
5.Terikat kekuatiran dan ketakutan.Pikirannya terus dibelenggu oleh kekuatiran dan ketakutan.


PENYEBAB

Iblis senang agar manusia memiliki hati yang terluka sehingga tidak bisa mencapai kehendak Allah yang maksimal.
Ada beberapa panah penyebab luka hati.

1.Kesalahan-kesalahan orang tua pada anaknya (rencana aborsi, kekerasan, kebencian, keacuhan, dll).Untuk rencana aborsi, anak tersebut memang tidak tahu, namun ia selalu mempunyai kecenderungan untuk melawan orang tuanya. Untuk mengobatinya, anak itu harus sering dipeluk dan adanya ungkapan-ungkapan sayang dari orang tuanya.

2.Terbiasa dibanding-bandingkan.Selalu dibanding-bandingkan dengan orang lain seperti dengan adik atau kakaknya, dengan temannya, dll. Hal ini akan menyebabkan anak itu tidak punya harga diri sehingga menimbulkan luka hati.

3.Memiliki pengalaman-pengalaman yang mempermalukan.Mungkin pernah diperkosa, mengalami pelecehan seksual, dihamili oleh kekasihnya dan ditinggalkan, dll. Ini menimbulkan luka-luka yang dalam.

4.Direndahkan dan dipermalukan di muka umum.Sebagai contoh, suami atau istri yang dipermalukan oleh istri atau suaminya didepan umum atau didepan teman-temannya, dll.

5. Disakiti terus menerus yang berakibat dendam.Ketika disakiti, mungkin awalnya dianggap normal, tetapi karena tidak mengampuni atau ditumpuk-tumpuk/”disimpan” sehingga lama kelamaan menjadi penyakit.

6. Patah hati/trauma.Misalnya orang yang sudah lama berpacaran dan sudah mau menikah, tiba-tiba ditinggalkan pacarnya. Ataupun ada trauma-trauma lainnya.

7. Ditolak/tertolak.Pernah ditolak atau tertolak oleh teman-temannya dan lingkungannya.


SIKAP JIWA YANG TERLUKA

1.Cenderung tertutup.Menjadi orang yang tidak bisa terbuka kepada orang lain (introvert)

2.Mudah mengkritik.Menjadi orang yang suka mengkritik. Memang ada kritik yang membangun tetapi ada juga orang yang mengkritik karena suka mencari-cari kesalahan orang lain.

3.Tidak ada semangat juang.Tidak ada semangat untuk berjuang, selalu mencari jalan pintas, menjadi penjilat, pengkhianat, dll.

4.Sikapnya cenderung aneh/mencari perhatian.Senang mencari perhatian orang lain.

5.Sulit menjaga komitmen (tidak mudah percaya).Orang yang jiwanya terluka, beranggapan bahwa semua orang selalu ingin menyakiti hatinya.

6.Moody.Orang yang jiwanya terluka itu ”angin-anginan”.


PENYEMBUHAN JIWA YANG TERLUKA

1.Mau menyadari luka-luka dalam jiwanya.Jangan menyalahkan orang lain. Yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menyadari luka dalam jiwanya. Tidak orang yang bisa sembuh kalau tidak menyadari lebih dahulu. Contoh : kita tidak akan datang ke dokter gigi kalau kita tidak menyadari sesuatu yang salah dalam gigi kita.

2.Mau bangkit dan keluar dari luka.Jangan pasrah tetapi kita harus bangkit dan keluar dari luka tersebut.

3.Mau belajar dan berjuang.Waktu Yefta disakiti oleh saudara-saudaranya, ia belajar dan berjuang untuk bangkit.

4.Mau menerima dan memberi pengampunan.Yusuf berkata, ”kamu mereka-rekakan yang jahat, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan...,” (Kej. 50:20). Jadi Yusuf dapat menerima perlakuan buruk dari kakak-kakaknya sehingga dapat memberikan pengampunan. Sebelum mengampuni, luka tidak akan sembuh.

5.Mau menyadari harga hidupnya.Menyadari bahwa hidup kita berharga di mata Tuhan.


PENUTUP

Jiwa yang terluka yang tidak diatasi akan dipakai iblis untuk menghancurkan.
Jiwa yang terluka yang diobati akan dipakai Yesus untuk kemuliaanNya.
Refleksi :
Kita dilahirkan bukan untuk menderita dan sengsara, bukan juga untuk menjadi penghambat karena mempunyai karakter yang tidak baik yang disebabkan oleh luka dalam jiwa kita, tetapi kita dilahirkan untuk menjadi pahlawan agar menyatakan kemuliaan Tuhan bagi dunia.


Doa :
Bapa, kami menyadari bahwa kami diciptakan Tuhan sebagai pahlawan yang merebut kemenangan, penuh dengan mujizat dan melihat perkara-perkara besar dalam hidup ini. Oleh sebab itu jika ada luka dalam jiwa kami, jamahlah dengan kasihMu, balut dan pulihkanlah jiwa kami.

Pacaran Menurut Alkitab

Bab I Pendahuluan

Berpacaran adalah konsep masyarakat modern, artinya baru beberapa puluh tahun inilah kita mengenal konsep tersebut. Di masa lampau hal ini tidak di kenal karena perkawinan biasanya diatur oleh pihak keluarga atau orang tua kedua belah pihak. Mengapa demikian? Karena memang perkawinan bukan cuma masalah pribadi kedua orang yang terlibat saja, melainkan mempunyai dampak yang luas kepada keluarga dan seluruh masyarakat sekitarnya. Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa suatu perubahan besar bagi generasi muda, mereka belajar bersama dan bergaul bersama dan menuju kedewasaan bersama. Dalam pergaulan sering kali berkembang pada hubungan-hubungan yang khusus yang menjurus ke pada persahabatan atau kepada pacaran.

Bab II Arti dari pacaran

Pacaran adalah dampak dari pergaulan sehingga munculah hubungan (muda-mudi), dua orang yang tidak sejenis, berdasarkan rasa cinta. Jadi berpacaran adalah suatu proses di mana seorang laki-laki dan perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan. Jadi apabila kita melihat pengertian di atas, maka berpacaran itu bukanlah sekedar bersenang-senang melampiaskan nafsu, mengisi kekosongan, tetapi di dalam berpacaran itu ada suatu keseriusan dan kesungguhan untuk menjalin hubungan kedua belah pihak, yang menuju kepada suatu pertunangan. Namun pada umumnya orang salah menginterpretasikan persepsi pacaran yang sesungguhnya yaitu dengan cara menyalah gunakan praktek berpacaran itu sendiri, sehingga menimbulkan dampak yang negatif dan tidak jarang kedua belah pihak saling merugikan, misalnya:

1. Ganti-ganti pacar
2. Saling mendewakan
3. Melampiaskan nafsu seksual yang tidak wajar dan belum saatnya di lakukan pada tahap itu.


Sayangnya banyak orang terburu-buru dalam proses ini, sehingga masih terlalu muda, sudah ada remaja yang jatuh cinta dan bahkan merasa yakin bahwa orang yang diidamkan itu pasti merupakan pasangan hidupnya, ada juga pada masa pacaran orang sudah memanggil papi dan mami. Padahal belum tentu mereka akan menjadi suami istri. Apa yang terjadi apabila ternyata hubungan tersebut putus! Yang terjadi adalah kepahitan dan kekecewaan yang sangat mendalam karena seolah-olah seluruh harapan sudah ditumpahkan kepada sang pacar. Pacaran berbeda dengan persahabatan, pertunangan, dan pernikahan karena pacaran adalah hubungan dua orang yang tidak sejenis berdasarkan cinta. Persahabatan berlangsung antara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan yang lebih baik. Pertunangan adalah suatu masa yang lebih mendalam dari pada masa berpacaran. Dalam masa ini, suatu pasangan sudah tiba pada tahap perencanaan yang lebih matang untuk memasuki kehidupan keluarga. Pernikahan adalah bersatunya dua lawan jenis menjadi satu daging dan menjadi satu lembaga yaitu Keluarga.

Bab III Pacaran menurut Alkitab

Telah dikatakan dalam Bab I bahwa pacaran itu adalah konsep masyarakat modern, dan secara tertulis Alkitab tidak pernah menyinggung soal kata pacaran ini, tetapi ada kisah-kisah dalam Alkitab yang menceritakan kisah hidup seorang pemuda yang begitu sangat mencintai seorang wanita, namanya Yakub (Kej. 29:18). Kisah ini memang tidak dicatat secara terperinci bagaimana sikap kedua insan ini, tetapi yang jelas Yakub mendapatkan Rahel, setelah ia bekerja dengan penuh kesungguhan selama tujuh tahun tujuh hari, tetapi ia harus menambah selama tujuh tahun lagi. Ini membutuhkan suatu ketabahan/kesabaran yang luar biasa. Dalam perjanjian baru mengenai pacaran ini hanya tersirat yaitu bagaimana sikap seorang Kristen misalnya (Roma 12:20) dimana sistim pacaran dunia tidak dapat dipakai oleh seorang Kristen ketika ia ada pada masa-masa pacaran. Dipihak lain Paulus menasihatkan anak didiknya Timotius yang masih muda itu supaya bisa jadi teladan dari hal percaya, perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian agar orang tidak melihat atau menganggap rendah Timotius masih muda itu. Melihat hal-hal diatas, maka mari kita melihat bagaimana cara anak Tuhan berpacaran menurut konsep Alkitabiah:

3.1. Pacaran itu harus didasari Kasih Allah.
Apa tujuan kita pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan dalam hidup kita, keinginan dalam hidup kita, keinginan mata atau hal-hal yang menyangkut kepada kepuasan diri sendiri, dimana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri. Sehingga pada masa pacaran timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik mereka berdua, dan tai gigipun akan rasa coklat…dan sebagainya,….dsb.

Orang dunia mengatakan bahwa asmara itu adalah cinta dan itu sangat dibutuhkan bagi orang yang berada pada masa pacaran. Menurut kamus, asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu:

1. Cinta Kasih
2. Cinta birahi, dimana seorang anak muda digoda dan tergila-gila pada pasangannya.

Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan yang semua ini berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau Kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam I Korintus 13:4-7. Cinta yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi tertentu, cinta yang benar tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan orang lain. Jadi asmara itu tidak sama dengan cinta sebab dampak dari asmara itu adalah kebalikan dari makna cinta yang sebenarnya. Yes. 13:16, 18, ini merupakan ucapan Tuhan kepada Babil, di mana anak-anak muda tidak perduli lagi terhadap Kudusnya pernikahan itu. Sehingga dampaknya kebebasan seks, adanya pengguguran kandungan dsb.

Asmara itu hanya berpusat pada diri sendiri dan biasanya diiringi dengan nafsu (seks) dan itulah adalah dosa. Mat. 5:28, menginginkannya saja sudah berzina. Simpati itu bisa saja tetapi naksir itu tidak boleh. Jadi pacaran yang benar harus berorentasi pada kasih akan Allah, dimana kepentingan Allah yang harus diutamakan atau diprioritaskan dalam hubungan pacaran itu. Kita harus menunjukkan gaya hidup yang disetujui oleh Allah, bukan berpusat pada diri sendiri. Kasih akan Allah ini membuat kita mengikuti atuaran main yang Allah berikan, diantaranya :II Korintus 6:14 …….

Meskipun pada tingkat tubuh dan jiwa pasangan yang tidak seimbang itu dapat bersatu, namun dalam tingkat roh terjadi kekosongan. Pasangan itu tidak dapat berdoa bersama-sama dan tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang menggoncangkan hubungan mereka dengan Tuhan. Akibat dari hal ini kepentingan pribadi akan didahulukan dari kepentingan Allah.

Jika berpacaran yang benar harus didasari kasih akan Allah, maka dalam hal berpacaran kita harus berani bertanya kepada Tuhan, mengapa demikian? Karena pacaran itu merupakan suatu persiapan kita masuk pada pertunangan dan pernikahan. Jika pacaran itu didasari atas diri kita sendiri, itu seringkali membawa hasil kekecewaan, misalnya ketika kita mengambil sikap memutuskan dia; syukur bila yang kita putuskan itu tidak kecewa, tetapi apabila ia merasa kecewa/sakit hati maka itu berarti kita telah melakukan pembunuhan dan bisa jadi pasangan kita itu akan meninggalkan Tuhan bahkan menjadi murtad. Ini berarti kita berdosa kepada Tuhan. Percayailah Allah dalam segala hal karena Ia itu Maha Tahu yang tentunya tahu apa yang menjadi kerinduan /kebutuhan kita bahkan Ia menjanjikan masa depan yang penuh harapan, lihatlah Yeremia 29:11; Amsal 23:18. Jadi pacaran yang benar harus di dasari dengan Kasih Allah sehingga orientasi pergaulan itu hanya ada di dalam tubuh Kristus. Bukan berdua-berdua, karena akibat dari berdua-duaan itu ‘nenek bilang…berbahaya’.

3.2. Harus mengikuti standar moral Alkitab.

Apakah dalam berpacaran dibenarkan perpegangan tangan, berciuman, bermesraan dsb? Telah dikatakan tadi dalam Roma 12:12 bahwa jangan kita menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain jangan berpacaran ala orang dunia. Berpacaran cara duniawi berbeda dengan berpacaran yang Alkitab/ berpacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Perbedaannya yaitu:

1. Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan kenikmatan dalam hubungan cinta dengan pertimbangan : mungkin besok sudah mencari pacar baru lagi. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat hubungan pacaran sebagai kemungkinan titik tolak yang menuju lorong rumah Nikah.

2. Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangannya untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula pada tingkat ciuman dan pelukan, namun kemudian gampang menjurus kepada tingkat hubungan seksual. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat Tubuh pasanganya sebagai rumah kediaman Roh Kudus (I Korintus 3;16) yang dikagumi dan di hargai sebagai ciptaan Allah yang nanti di miliki dalam rumah nikah, dimana mereka saling menerima satu dengan yang lain dari tangan Tuhan.

3. Pacaran duniawi, berorientasi masa kini (sekarang)

Oleh karena itu sering mengakibatkan luka-luka yang dalam, bila terjadi perpisahan. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan berorientasi pada masa depan (hari esok). Mereka membatasi segala hubungan intim jasmani dengan kesadaran bahwa pacaran ini belum mengikat. Masing-masing harus dapat melepaskan satu dengan yang lainnya (bila terjadi ketidak cocokan) tanpa saling melukai.

Standar Alkitab tentang pacaran yaitu I Tesalonika 4:3 yaitu Allah berkehendak supaya kita ada dalam kekudusan. Jangan merusak Bait Allah yang di dalamnya Roh Allah bertahta. Mat. 5:27-28; Kid. 2:7; 3:5 ;8:4. Efesus 4:27 mengatakan janganlah beri kesempatan pada iblis sebab dengan kita membuka celah berarti kita telah memberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak Allah kehendaki. Dosa seks akan membawa kita perlahan-lahan masuk pada dunia free seks. Hubungan badani (senggama) antara lawan jenis itu tidak akan berlangsung ketika dua pasangan itu baru mengenal. Ciuman dan pelukan antara seorang pemuda dan pemudi merupakan kontak fisik untuk mendapatkan seksuil dan kenikmatan. Ada empat tingkat intensitas hubungan fisik, di mulai dari yang paling lemah sampai yang paling kuat.
Keempat tingkat tersebut ialah:

1. Berpegangan tangan.
2. Saling memeluk, tetapi tangan masih diluar baju.
3. Berciuman
4. Saling membelai dengan tangan di dalam baju.

Ransangan seksual yang terus menerus akan menciptakan dorongan biologis yang terus memuncak. Ketika dorongan seks menggebu-gebu, kedewasaan, kecerdasan, dan pendirian-pendirian serta iman seringkali tidak berfungsi, atau tersingkir untuk sementara. Banyak pasangan muda berkata bahwa ciuman itu normal, karenan ciuman itu adalah kenikmatan pada masa pacaran dan dianggap akan lebih mengikat tali kasih antara dua belah pihak. Itu adalah pendapat yang sangat keliru karena Alkitab memberikan penjelasan bahwa dampak dari hubungan itu akan membuat seorang merasa bersalah bahkan bisa merubah sayang itu menjadi benci. Contoh II Samuel 13:1-15. Cerita ini mengisahkan anak-anak Daud yaitu Amnon dan Tamar di mana Amnon begitu mencintai Tamar, sampai-sampai ia jatuh sakit karena keinginannya untuk memiliki Tamar. Tetapi pada ayat 15 menceritakan setelah mereka jatuh pada dosa seks, timbullah suatu kebencian dalam diri Amnon terhadap Tamar, ini berarti bercumbuan bukan merupakan jaminan akan cinta sejati.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef. 4:17-21) supaya anak Tuhan jangan jatuh pada hal berciuman dan lain-lain yang merangsang dalam masa berpacaran karena itu bertentangan dengan Alkitab. Dengan demikian orang-orang Kristen harus menghindari percumbuan dalam masa berpacaran, sebab tindakan tersebut merupakan penyerahan diri kepada seksualitas, membiarkan hawa nafsu berperan, yang nantinya akan membawa kepada kecemaran dan pelanggaran kehendak Allah. Lebih jauh lagi pengajaran-pengajaran moral Paulus kepada anak muda Kristen di mana saja. I Timotius 5:22 bagian akhir "jagalah kemurnian dirimu". Yesaya 5:20 celakalah yang mengatakan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat. Wahyu 18:2-3 keindahan tubuh telah dipakai setan untuk menghancurkan nilai-nilai iman Kristen. Akhirnya kita akan melihat hubungan seksual muda-mudi sebelum pernikahan dalam konteks Alkitabiah yaitu:

1. Dalam perjanjian Lama Ulangan 22:13-30 Ungkapan ini menunjukkan betap tingginya nilai keperawanan, Amsal 7:1327.

2. Dalam Perjanjian Baru I Korintus 6:10 Hubungan seksual diluar pernikahan adalah percabulan. I Korintus 6:13,18,19 Jauhkan dirimu dari percabulan, tubuh kita bukan untuk percabulan.

Hubungan seksual diluar nikah bukan hanya masalah pribadi melainkan mengikutsertakan Tuhan, I Tesalonika 4:3-5,8. Jadi berpacaran itu mempunyai batas-batas tersendiri, karena pacaran itu tidak sama dengan pertunangan dan perkawinan. Artinya sang pacar itu bukanlah suami atau isteri sehingga tidak boleh diperlakukan demikian. Oleh karena itu ada baiknya apabila orang berpacaran pergi bersama-sama dengan teman-teman atau anggota keluarga yang lain sehingga selalu ada rem yang mampu mengendalikan semua tingkah laku.

Bab IV Kesimpulan

Agar pemuda-pemudi di dalam Kristus tidak berdiri dengan menangis dan menyesal pada puing-puing ketentuan yang mereka sudah setujui bersama pada awal hubungan mereka, haruslah mereka berorientasi dalam segala pergaulan mereka kepada ke empat nasihat Firman Tuhan yaitu:

1. Berdoalah senantiasa, I Tes. 5:17; khususnya pada waktu pacaran

2. Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu, Ef. 5:20; apakah semua pengalaman pada waktu berpacaran menimbulkan ucapan syukur?

3. Lakukanlah segala sesuatu berdasarkan iman, Roma 14:23 setiap langkah dalam hubungan pacaran mempunyai dimensi ke atas yaitu tanggung jawab kepada Tuhan.

4. Pandanglah tubuhmu dan tubuhnya adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Kamu bukanlah milik kamu sendiri, kamu sudah dibeli! Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu ( I Korintus 6:19-20)

http://us.share.geocities.com/pemudaekklesia/pacaran.htm

Apa kata Alkitab mengenai hubungan kencan / pacaran?

Tuhan menginginkan yang terbaik untuk kita dalam setiap aspek kehidupan. Termasuk diantaranya hubungan kita dengan kekasih/pacar. Kita berkencan untuk mendapatkan kesenangan, persahabatan, pengembangan kepribadian dan memilih kawan, bukan untuk popularitas atau untuk merasa aman. Jangan biarkan lingkungan pergaulan memaksa kamu memasuki situasi kencan yang kurang pantas. Ketahuilah bahwa lebih dari 50% remaja putri dan lebih dari 40% remaja putra tidak pernah berkencan pada masa-masa SMA. Alkitab memberikan kita beberapa pegangan yang jelas untuk membimbing kita dalam membuat keputusan mengenai soal kencan/pacaran.


1. Jagalah hatimu.Alkitab mengatakan kepada kita untuk berhati-hati dalam memberikan/menyampaikan kasih sayang kita, karena hati kita mempengaruhi segala sesuatu dalam hidup kita.
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23)

2. Kamu akan menjadi seperti teman-temanmu bergaul.Kita juga cenderung menjadi seperti teman-teman sepergaulan kita. Prinsip ini berhubungan erat dengan yang hal yang pertama dan sama pentingnya dalam pergaulan seperti dalam hubungan kencan/pacaran.
"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33)

3. Orang Kristen hanya boleh berkencan/berpacaran dengan sesama Kristen.Biarpun berteman dengan teman non-kristen tidak dilarang, mereka yang khususnya dekat di hati haruslah orang percaya yang sudah dewasa yang merupakan pengikut Kristus yang taat dalam hidupnya.
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? " (2 Korintus 6:14).

4. Apakah itu cinta yang sesungguhnya?
1 Korintus 13:4-7 mendeskripsikan cinta yang sesungguhnya.
Tanyalah hatimu pertanyaan-pertanyaan berikut:

Apakah kalian sabar satu sama lain?
Apakan kalian baik terhadap satu sama lain?
Apakah kalian saling cemburuan?
Apakah kalian suka menyombongkan baik diri sendiri maupun sang pasangan?
Apakah ada kerendah-hatian dalam hubungan kalian?
Apa kalian kasar memperlakukan satu sama lain?
Apa kalian saling mementingkan diri sendiri?
Apa kalian mudah marah terhadap satu sama lain?
Apa kalian suka mengingat-ingat kesalahan sang pasangan di masa lalu?
Jujurkah kalian satu sama lain?
Apakah kalian saling melindungi?
Apakah kalian saling mempercayai?

Kalau jawabanmu "Ya" untuk semua pertanyaan diatas, artinya 1 Korintus 13 seperti Firman Tuhan berkata, kalian sungguh saling mengasihi satu sama lain. Kalau ada jawabanmu yang "Tidak" atas pertanyaan-pertanyaan di atas, artinya mungkin kalian harus mendiskusikan hal-hal di atas dengan pacarmu.

Seberapa jauhkah terlalu jauh?

Banyak pelajar-pelajar menanyakan, "Seberapa jauh yang kita boleh lakukan dalam berpacaran/berkencan?" Beberapa prinsip yang akan menolongmu untuk memutuskan apa yang pantas dan yang tidak dalam berpacaran/berkencan:

1. Apakah situasi yang kuciptakan mengundang dosa seksual atau menghindarinya?1 Korintus 6:18 berkata "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! " Kita tidak dapat melakukan ini apabila kita mencobai diri kita sendiri karena kecerobohan kita.

2. Bagaimanakah reputasi sang kekasih/pacar?Ketika menerima undangan kencan pada dasarnya seperti berkata, "Aku memiliki kesamaan pandangan dengan engkau." Hal inilah yang dapat membuat kamu menyesal nantinya. Ingatlah 1 Korintus 15:33, "Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik."

3. Apakah ada pengaruh obat-obatan atau alkohol?Jangan merubah pandanganmu hanya untuk pacarmu.

4. Apa aku tertarik dengan tipe orang yg salah?Yakinkan bahwa pesan yang kamu sampaikan dengan perbuatanmu tidak membuat orang lain merubah pandanganmu.

5. Sadarkah aku kalau dosa itu terbit dari hati?Matius 5:28 berkata, "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia dalam hatinya"

6. Apakah tempat berkencanmu tepat dan pantas?Tujuan yang baik kadang terlupakan oleh godaan dan kesempatan yang terlalu besar.

7. Apakah aku melakukan sesuatu yang merangsang secara seksual?Jangan melakukan kontak yang merangsang seksual seperti 'petting'.

Kalau sudah terlanjur jauh, mengapa memutuskan untuk berhenti?

1. Tuhan itu pengampun.
1 Yohanes 1:9 berkata bahwa Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Kamu dapat mulai sesuatu yang baru dengan Tuhan kapanpun.

2. Tuhan itu kudus.
FirmanNya berkata bahwa dosa sex itu salah, dan Dia tahu segala yang terbaik.

3. Tuhan itu penuh kasih.
Tuhan tau bahwa hubungan yang terlalu jauh sebelum pernikahan cenderung memisahkan sebuah pasangan dan mengakibatkan pernikahan yang kurang bahagia. Ia tahu bahwa banyak pria tidak mau menikahi wanita yang pernah berhubungan terlalu intim dengan pria lain

http://www.christiananswers.net/indonesian/q-dml/dml-y006i.htm
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...